Liputan6.com, New York - Concorde yang pernah menjadi pesawat super cepat di jagat bumi, kini tinggal kenangan. Kini, sejumlah perusahaan berlomba-lomba merilis kembali jet pribadi supersonik pertama di dunia yang bisa mengulang kesuksesan Concorde.
Melansir laman CNN, Kamis (10/7/2014), adalah Aerion Corporation yang tengah mempersiapkan sebuah pesawat jet yang mampu mencapai kecepatan 1,6 mach dan siap mengangkasa pada 2020.
Produsen lainnya, Spike Aerospace mengumumkan rencana untuk meluncurkan S-512, sebuah jet bisnis yang dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan 1,8 mach dan siap terbang pada 2018.
Menurut Vik Kachoria, Presiden dan CEO Spike Aerospace, salah satu masalah utama yang dialami Concorde adalah dentuman sonik atau suara mengganggu yang dihasilkan dari gelombang listrik ketika sebuah benda bergerak lebih cepat dari kecepatan suara.
Advertisement
"Paling buruk, sonic boom akan terdengar seperti gemuruh guntur keras di atas kepala Anda. Ini bisa memecahkan jendela dan melonggarkan genteng karena gelegarnya," katanya.
Efek yang mengganggu ini membuat sebagian besar negara melarang penerbangan pesawat supersonik seperti Concorde.
Â
Sebuah pesawat tanpa jendela?
Kachoria mencatat jika saat ini akan lebih masuk akal untuk mengembangkan jet bisnis supersonik dengan mencontek pesawat komersial yang lebih besar, karena hasil ukuran pesawat yang kecil akan membuat ledakan yang lebih kecil.
Sayang, dia masih menutup mulut tentang berbagai aspek desain dari pesawat yang akan diproduksinya. Namun baru-baru ini, dia mengumumkan jika S-512 akan dibangun tanpa jendela (kecuali untuk satu pilot), sebuah fitur yang akan mengurangi biaya produksi.
"Jendela menambahkan biaya yang luar biasa pada produksi pesawat. Jika Anda menghilangkan semua itu, Anda membuat sesuatu dengan biaya produksi lebih sedikit," katanya.
Meski tanpa jendela, pesawat akan tetap diimbangi dengan desain jendela dengan memasang flatscreens, yang dapat menampilkan tampilan luar, atau dapat digunakan untuk menampilkan film atau presentasi PowerPoint, fasilitas konferensi perlu di udara.
Advertisement
Fokus kecepatan pada Sayap
Menurut Aerion, kerugian utama untuk memproduksi pesawat supersonik dalam waktu dekat bukanlah soal kegaduhan tetapi masalah biaya.
"Masalah kecepatan sejak tahun 1960-an lebih berkaitan dengan ekonomi ketimbang teknologi. Anda tidak bisa memiliki perjalanan supersonik karena masalah tarifnya," kata Jeff Miller, Direktur Komunikasi Aerion.
Namun, menurut dia, hal ini tidak menjadi kendala jika pesawat supersonik dibuat untuk pesawat jet pribadi. Itu sebabnya, kemungkinan besar teknologi supersonik akan diterapkan pada jenis pesawat ini.
Meski begitu, masalah operasional yang ekonomis dinilai masih penting, terutama dalam hal efisiensi bahan bakar. "Jika Anda tidak dapat menemukan cara untuk mengurangi bahan bakar konsumsi, Anda tidak akan memiliki jet supersonik yang akan membawa Anda pergi sangat jauh," tambah dia.
Aerion pun meneliti cara-cara untuk mengkompensasi bahan bakar ini dengan fokus pada sayap. Cara ini dilakukan melalui pengujian bersama dengan NASA.
Sayap, yang lebih tipis, dan lebih pendek dari sayap pesawat biasa, telah terbukti mengurangi tarikan gesekan sebesar 80 persen, dan secara keseluruhan tarik badan pesawat sebesar 20 persen. "Semakin banyak hambatan, semakin daya yang diperlukan untuk mendorong sayap lewat udara" jelas Miller. (Nrm)