Sukses

BI: Pertumbuhan Kredit Melambat

Pada Mei 2014, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) masih tinggi yaitu sebesar 19,51 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan kredit industri perbankan mengalami perlambatan pada periode Mei 2014. Perlambatan tersebut memang sesuai dengan rencana Bank Indonesia.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, Pertumbuhan kredit kepada sektor swasta pada Mei 2014 tercatat sebesar 17,4 persen (year on year). Nilai tersebut melambat jika dibanding dengan bulan sebelumnya yang tercatat 18,5 persen (year on year).

"Namun perlambatan tersebut memang sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian," tuturnya, Kamis (10/7/2014).

Tahun ini BI memang mentargetkan pertumbuhan kredit lebih rendah dibanding dengan tahun lalu untuk mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi nasional.

Tirta juga menyatakan, stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan.

Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat.

Pada Mei 2014, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) masih tinggi yaitu sebesar 19,51 persen, "Nilai tersebut jauh di atas ketentuan minimum 8 persen," tambahnya.

Sedangkan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2 persen. Jauh di bawah batas atas yang diwajibkan oleh Bank Indonesia yang sebesar 5 persen.

Meskipun semua terlihat dalam kontrol, Bank Indonesia akan tetap berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang.

Sementara itu, kinerja bursa saham pada Juni 2014 mengalami koreksi 0,3 persen dari bulan sebelumnya ke level 4.878,58. Di sisi lain, kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) menurun seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden 2014. (Yas/Gdn)