Sukses

Kota Ini Paling Mahal Tapi Juga Termiskin Sejagat

Memastikan pekerja asing dapat memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang sangat menantang sekaligus mahal bagi pemerintah di Afrika.

Liputan6.com, New York - Kota dengan biaya hidup yang tinggi biasanya dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk kelas menengah ke atas. Kemiskinan, kemacetan dan lingkungan yang sarat kejahatan tentu bukan karakter yang melekat kota berbiaya hidup tinggi.

Namun mengutip laman CNBC, Jumat (11/7/2014), sebagai kota termahal di dunia, Luanda ternyata juga menggenggam gelar termiskin. Selama dua tahun berturut-turut, 2014 Cost of Living Survey yang diliris Merces menyebutkkan, ibukota Angola tersebut kembali menyandang gelar sebagai kota termahal di dunia selama dua tahun berturut-turut.

Tingginya biaya hidup di Luanda dipicu ketergantungan negara pada barang impor. Angola memang tengah menata kembali negaranya yang hancur berantakan setelah perang saudara yang berlangsung panjang selama 27 tahun hingga 2002.

Sejak saat itu, Angola mengimpor tiga perempat kebutuhan konsumsinya dari negara-negara lain.

Selain itu, bisnis minyak yang menggiurkan mengundang gerombolan pekerja asing masuk ke kota. Akibatnya, kebutuhan hidup penduduk Angola khususnya di Luanda terus melejit.

Berada di posisi kedua sebagai kota termahal di dunia adalah N'Damena, ibukota Chad. Tempat tersebut merupakan negara di daerah gurun pasir di wilayah Afrika Tengah.

"Meskipun secara umum Luanda dan N'Djamena tak terlalu mahal sebagai kota, tapi biaya hidup yang tinggi bagi ekspatriat yang berasal dari impor membuat harga-harga di sana melambung," ungkap pimpinan lembaga riset Mercer, Ed Hannibal.

Memastikan para pekerja asing dapat memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang sangat menantang sekaligus mahal bagi pemerintah di Afrika. Kondisi tersebut yang membuat banyak negara Afrika masuk ke dalam jajaran negara dengan biaya hidup termahal. (Sis/Gdn)