Sukses

Tinta Printer, Produk Palsu yang Paling Banyak Beredar di RI

Kerugian terbesar yang dialami konsumen sebagai pengguna produk palsu misalnya tidak mendapatkan layanan update untuk software dan tinta.

Liputan6.com, Jakarta - Masih maraknya peredaran produk palsu di Indonesia menandakan penegakan hukum terkait produk tersebut masih minim.

Hasil survei yang dilakukan oleh Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) mencatatkan 6 jenis komoditas palsu yang paling banyak beredar, antara lain software, kosmetika, farmasi dan obat-obatan, pakaian, produk dari kulit, makanan dan minuman serta tinta printer.

"Sampel survei yang diperluas merujuk pada kegiatan pemalsuan yang mengalami kecenderungan untuk meningkat," ujar Ketua MIAP Widyaretna Buenastuti di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (16/7/2014).

Hasil survei yang dilakukan pada tahun ini menyatakan produk tinta printer menjadi produk palsu yang paling banyak beredar yaitu mencapai 49,4%, diikuti oleh pakaian palsu 38,9%, produk dari kulit 37,2%, software 33,5%, kosmetika 12,6%, makanan dan minuman 8,5% dan produk farmasi 3,8%.

Masing-masing komoditas memiliki pangsa pasar tersendiri. Seperti tinta printer paling banyak dipakai oleh pelajar, pakaian oleh ibu rumah tangga, produk dari kulit ibu rumah tangga, software oleh pelajar, kosmetika oleh pembantu rumah tangga, makanan dan minuman oleh anak-anak, dan produk farmasi oleh pembeli tanpa resep dokter.

"Kerugian terbesar yang dialami konsumen sebagai pengguna produk palsu antara lain misalnya tidak mendapat layanan update untuk software dan tinta, kualitas produk yang tidak semestinya bagi pakaian dan barang-barang dari kulit serta membahayakan kesehatan pribadi untuk makanan, minuman, obat dan kosmetik," tandasnya.

Survei ini dilakukan terhadap 591 responden di Jabodetabek dan Surabaya yang meliputi konsumen antara yang merupakan penjual dari produk-produk tersebut dan konsumen akhir yang merupakan pembeli dan pengguna produk-produk palsu tersebut. (Dny/Ahm)

Video Terkini