Â
Liputan6.com, Moskow - Bursa saham Rusia terus merosot sejak Jumat pagi waktu setempat seiring dengan aksi jual para investor. Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH17 di zona perang Ukraina membuat sejumlah aset yang dibenamkan di pasar-pasar keuangan Rusia semakin berisiko.
Mengutip laman CNBC, Sabtu (19/7/2014), indeks saham MICEX Rusia dibuka melemah sekitar 1,7 persen dan dijual 1,6 persen lebih rendah pada perdagangan pukul 01:00 waktu London.
Advertisement
Saham-saham Conglomerate Sistema mengalami penurunan terlebih dulu sebesar 3 persen disusul maskapai Aeroflot yang juga diperjualbelikan sebesar 2,9 persen. Saham-saham utama di bursa Rusia juga tercatat mengalami tekanan parah seperti Gazprom, Lukoil dan Sberbank.
Indeks saham gabungan di bursa Rusia tercatat merosot sebesar 5 persen, meskipun koreksi terparah sempat terjadi pada Maret sebesar 10 persen saat pihaknya pertama kali menginvasi Ukraina. Indeks saham Moskow, RTS juga terus melanjutkan penurunan hingga sebesar 2,7 persen setelah kabar jatuhnya pesawat Malaysia tersebar.
Analis mata uang di BNY Mellon Neil Mellor mengaku tidak terkejut dengan ambruknya indeks saham MICEX dan mata uang rusia, rubel. Pasalnya sejumlah sanksi ekonomi yang dijatuhkan pada Rusia ditambah dengan ketidakpastian di pasar usai penembakan pesawat MH13 diprediksi dapat membuat pasar sahamnya bergejolak.
"Meskipun risiko geopolitik semakin parah dan pengenaan sanksi berat pada ekonomi Rusia semakin berat, pasar malah beralih fokus dari investasi mata uang dan saham. Para investor lebih memilih minyak dan emas yang akan semakin stabil ke depannya, " ungkap Mellor.
Penyerangan terhadap MAS terjadi usai Eropa dan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi tambahan pada Rusia sejak perebutan Crimea beberapa bulan lalu.
Sementara di Asia, saham Malaysia Airlines System (MAS) juga anjlok sebesar 15 persen hanya dalam sehari. Sementara indeks-indeks saham lainnya di bursa saham Malaysia juga tercatat merosot.(Sia/Nrm)