Liputan6.com, Moscow - Reporter: Ian Andrew
Para konglomerat Rusia kalang kabut menanggapi kebijakan mengenai Ukraina yang dijalankan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurut beberapa pengamat dan juga beberapa pengusaha, kebijakan tersebut dapat membuat sanksi yang didapat oleh Rusia semakin berat.
Menurut mereka, jika Putin tidak segera bergerak untuk mengakhiri perang di Ukraina yang menyebabkan sebuah pesawat Malaysia Airlines ditembak dan jatuh di wilayah yang dikuasai pemberontak, ia berisiko untuk mendapat sanksi di buang seperti yang terjadi pada Diktarot Belarusia, Aleksandr Lukashenko.
Kepala Center for Political Technology, Moscow, Igor Bunin mengatakan, para pengusaha seperti dalam film-film horor. "Tak ada satupun yang berani berbicara karena ada ancaman," jelasnya seperti ditulis oleh Bloomberg, Senin (21/7/2014).
Jatuhnya pesawat Malaysia airlines menewaskan 298 orang, menyebabkan ancaman baru bagi Rusia dari Amerika Serikat dan Eropa.
Sebelumnya, beberapa Amerika dan Eropa memberikan sanksi bagi para pengusaha atau perusahaan yang memberikan bantuan atau siapa saja yang terlibat dengan para pemberontak pro Rusia berupa penghentian kerja sama dan menutup akses apapun termasuk juga pembelian produk.
Amerika sebelumnya telah memberikan sanksi kepada beberapa perusahaan yang dikelola oleh negara dan juga perusahaan yang dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam lingkaran Putin. Beberapa diantaranya adalah miliarder Gennady Timchenko dan Arkady Rotenberg. (Ian Andrew/Gdn)
Kebijakan Putin Bikin Miliarder Rusia Mimpi Buruk
Amerika telah memberikan sanksi kepada miliarder Gennady Timchenko dan Arkady Rotenberg.
Advertisement