Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,3 persen pada 2014. Lalu nilai tukar rupiah cenderung menguat pada semester II 2014.
Ekonom Standard Chartered, Eric Sugandhi mengoreksi pertumbuhan ekonomi, Indonesia awalnya diperkirakan 5,8 persen menjadi 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,5 persen pada 2015 yang ditargetkan sebelumnya 5,8 persen.
Baca Juga
"Itu disebabkan laju pertumbuhan investasi melambat, kenaikan suku bunga BI 7,5 persen, lalu juga investor wait and see kondisi politik. Lalu pelemahan nilai tukar biaya importasi lebih tinggi mEmperlambat investasi," kata Eric, dalam acara analisa ekonomi pasca pengumuman hasil pemilihan calon presiden (Capres), di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (23/7/2014).
Advertisement
Eric menambahkan, mata uang emerging market cenderung menguat yang juga diikuti nilai tukar rupiah sepanjang semester II 2014. Sebelumnya nilai tukar rupiah cenderung tertekan pada semester I 2014.
Sedangkan harga minyak akan sedikit tertekan, karena adanya revolusi shale gas yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga dapat melambatkan permintaan minyak. "Shale gas revolution, menekan harga minyak tidak terlalu besar, walau politik Timur Tengah tidak stabil," tutur Eric.
Untuk inflasi diperkirakan mencapai 5 persen sampai akhir tahun, dengan catatan pemerintah tidak menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 8 persen. (Pew/Ahm)