Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut ada sebanyak 50 perusahaan pertambangan siap merealisasikan investasinya di Indonesia pada tahun ini. Total nilai investasi tersebut mencapai US$ 31,3 miliar.
Kepala BKPM, Mahendra Siregar mengatakan, pihaknya telah menyetujui investasi puluhan perusahaan tambang di Indonesia, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Kami sudah meng-approve penjajakan investasi dari 50 perusahaan tambang. Terdiri dari 21 perusahaan pengolahan bauksit, bijih besi, tembaga dan mangan. Serta 29 perusahaan smelter nikel," kata dia dalam Paparan Realisasi Investasi Kuartal II dan Semester I 2014 di kantornya, Jakarta, Kamis (24/7/2014).
Lebih jauh Mahendra menyebut, nilai investasi untuk ke 21 perusahaan pengolahan mencapai hampir US$ 20 miliar. Sedangkan sisanya investasi 29 perusahaan smelter. "Jadi total investasi ke-50 perusahaan itu senilai US$ 31,3 miliar," ucapnya.
Sayang ketika ditanyakan mengenai identitas perusahaan-perusahaan tersebut, dia enggan membeberkannya. "Saya belum bisa sebutkan namanya, karena masih menunggu realisasi saja," sambung Mahendra.
Namun demikian, dia menyebut beberapa perusahaan tambang baik yang melakukan ekspansi, maupun penanaman modal baru di Indonesia.
Ada enam perusahaan pengolahan atau pemurnian hasil tambang tahap produksi senilai US$ 2,25 miliar. Antara lain :
# Pengolahan Nikel
1. PT Vale Indonesia (Penanaman Modal Asing/PMA) di Kabupaten Soroako, Sulawesi Selatan dengan nilai investasi US$ 580 juta dengan kapasitas 80.953 nikel matte. Proyek ini sedang dalam tahap proses renegosiasi.
2. PT Aneka Tambang Tbk (Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Nilai investasinya mencapai US$ 297,7 juta dengan kapasitas 17.000 ton. Bahan baku dipenuhi dari konsesi pertambangan sendiri.
# Pengolahan Bijih Besi, Investasi Baru
3. PT Meratus Jaya Iron & Steel (PMDN) di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dengan investasi senilai US$ 142,3 juta menghasilkan sponge iron atau besi spons berkapasitas 315.000 ton. Mulai produksi komersial pada Februari 2014.
4. PT Delta Prima Steel (PMA) di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan senilai US$ 26,9 juta dengan kapasitas produksi 100.000 ton besi spons. Produksi komersial dilakukan April lalu.
# Pengolahan Tembaga
5. PT Smelting (PMA) di Kabupaten Gresik, Jawa Timur senilai US$ 852,6 juta akan dengan menghasilkan coper chatode 300.000 ton, sulphuric acid 900.000 ton, anode slimes 2.000 ton, copper slag 600.000 ton, gypsum 31.000 ton dan copper telluride 102 ton. Kelanjutan proyek ini tergantung hasil renegosiasi kontrak karya PT Freeport dan PT Newmont Nusa Tenggara sebagai pemasok bahan baku.
# Pengolahan Bauksit
6. PT Indonesia Chemical Alumina (PMA) di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat senilai US$ 352,2 juta akan menghasilkan aluminium oxide (CGA) sebanyak 135.000 ton dan aluminium hydroxide (aluminium tri hydrate) sebanyak 165.000 ton. Ditargetkan mulai berproduksi komersial April 2014.
Ada 5 perusahaan pengolahan atau pemurnian hasil tambang dalam tahap pembangunan senilai US$ 7,87 miliar, antara lain :
# Pengolahan Bauksit
1. PT Borneo Alumindo Prima (PMA) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat senilai US$ 4,5 miliar yang akan memiliki kapasitas alumina (aluminium oksida) 4.5 juta ton dan sudah mulai tahap pembangunan.
2. PT Bintan Alumina Indonesia (PMA) di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau senilai US$ 100 juta dan akan mengasilkan 2 juta ton alumina.
3. PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PMA) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat senilai US$ 968,4 juta dengan kapasitas produksi alumina 2 juta ton. Ditargetkan mulai produksi awal 2015 dengan kapasitas awal 1 juta ton dan sisanya 2016.
# Pengolahan Nikel
4. PT Antam (PMDN perluasan pabrik) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara senilai US$ 522,7 juta dan akan menghasilkan ferronikel 500.000 ton (9.000-10.000 ton nickel content). Kebutuhan bahan baku 2,5 juta ton bijih nikel per tahun.
5. PT Feni Haltim (PMDN) di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara senilai US$ 1,78 miliar dan akan menghasilkan 27.000 ton ferronikel. Saat ini sedang dalam tahap pencarian sumber dana dan sudah mulai dibangun secara bertahap. (Fik/Nrm)