Sukses

Korupsi Teodoro Obiang Bikin Rakyat Equatorial Guinea Melarat

Tinggal di salah satu negara termiskin di dunia, tak membuat Teodoro Obiang Nguema Mbasogo lantas hidup miskin.

Liputan6.com, Malabo - Tinggal di salah satu negara termiskin di dunia, tak membuat Teodoro Obiang Nguema Mbasogo lantas ikutan hidup miskin. Obiang yang menjabat sebagai pimpinan negara ternyata tetap mampu hidup kaya raya di negeri miskin tersebut, Equatorial Guinea.

Saking kayanya, Obiang tercatat memiliki harta senilai US$ 600 juta di negara miskin tersebut. Sebagai bandingannya, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang tinggal di negara dengan perekonomian terbesar dunia hanya memiliki kekayaan sebesar US$ 11,8 juta.

Guinea memiliki salah satu cadangan minyak terbesar di Afrika. Meski begitu, infrastruktur di Guinea yang dipimpin Obiang paling tertinggal dan tidak berkembang.

Dengan kekayaan minyak yang sangat besar, masyarakatnya tetap hidup miskin. Sejauh ini, pendapatan yang mengalir dari Exxon Mobil dan sejumlah perusahaan minyak besar kabarnya langsung mengalir ke dompet Obiang dan keluarga.

Bagaimana kasus korupsi yang dilakukan Obiang hingga membuatnya kaya sementara warganya tetap hidup miskin? Berikut ulasannya seperti dikutip dari The Richest, New York Times, BBC News dan sejumlah sumber lainnya, Kamis (24/7/2014):

2 dari 4 halaman

Lebih dari tiga dekade pimpin Guinea

Equatorial Guinea merupakan salah satu negara kecil dan miskin di benua Afrika. Paradoksnya, negara miskin tersebut justru menaungi salah satu negara bagian terkaya di dunia.

Sejak 1979, Teodoro Obiang Nguema Mbasogo mengambil alih pemerintahan dan memberikan sedikit toleransi pada partai oposisi selama tiga puluh tahun pemerintahannya. Meski negara tersebut menganut asas demokrasi, tapi pemilihan umum selalu diatur untuk memenangkan Obiang.

Menurut Human Right Watch, kediktatoran Obiang dimanfaatkan untuk mengolah kekayaan minyak dan menguras pendapatan rakyat.

Bahkan badan pengawas tindak korupsi dunia, Transparency International telah menempatkan Guinea sebagai salah satu negara paling korup di dunia.

Obiang merupakan pemimpin yang tidak transparan dan telah lama menggelar bisnis minyak secara rahasia. Sepanjang pemerintahannya, rakyat tidak pernah tahu ke mana penghasilan bisnis perminyakan tersebut mengalir.

3 dari 4 halaman

Tindak korupsi Obiang bikin negara semakin miskin

Pada 2003, Obiang mengumumkan untuk memberantas korupsi di lingkungan pelayanan publik. Atas dasar tersebut, Obiang mengambil alih seluruh kendali keuangan negara.

Dia lantas menarik uang sebesar US$ 500 miliar dari kas negara dan kemudian disimpan ke dalam rekening pribadi atas namanya di Riggs Bank.

Dana tersebut lantas ditemukan dan berhasil diserap kembali oleh sebuah perusahaan jasa finansial yang berbasis di Washington, PNC Financial Services pada 2005.

Tak berhenti sampai di situ, untuk menguras uang negara, dia juga terlibat dalam sejumlah pelanggaran hak asasi manusia, penipuan, nepotisme dan kontraktor pengamanan guna mengambil alih kendali seluruh negeri.

Meski dia terus berkilah, tapi ada satu bukti yang tak akan pernah bisa disembunyikannya. Kesalahan terbesar Obiang adalah Guinea menghabiskan lebih banyak uang untuk pemilihan umum dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan layanan sosial.

4 dari 4 halaman

Proses penyidikan kasus korupsi Obiang libatkan AS

 

Pada 2004, tim penyidik dari AS menggelar investasi pada Riggs Bank yang berbasis di Washington. Hasil penyidikan menunjukkan keluarga Obiang telah menerima pembayaran dalam jumlah sangat besar dari sejumlah perusahaan minyak AS seperti Exxon Mobil dan Amerada Hess.

Para penyidik dari AS sulit mengkritik negara tersebut yang tampak sangat kaya dan memiliki minyak yang berlimpah. Meski demikian, terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan dirinya telah menghabiskan jutaan dolar untuk membeli sebuah rumah di Malibu dan sebuah pesawat pribadi.

Sementara itu, putera Obiang yang tinggal di Paris juga harus menerima kehilangan seluruh kehidupan mewahnya. Semua itu setelah perlahan kasus korupsi Obiang terkuak. (Sis/Nrm)