Liputan6.com, Jakarta - Permintaan air minum dalam kemasan mengalami lonjakan saat perayaan hari besar seperti pada saat Hari Raya Idul Fitri seperti saat ini. Lonjakan tersebut dinilai wajar karena memang kebutuhan masyarakat akan air minum dalam kemasan mengalami kenaikan dengan alasan praktis.
Meski demikian, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Hendro Baroeno memastikan tidak terjadi kenaikan harga untuk air minum dalam kemasan yang dipasarkan.
"Tidak akan ada kenaikan harga untuk air minum dalam kemasan. Setelah Lebaran juga tidak," ujarnya di Jakarta seperti ditulis Senin (28/7/2014).
Dia menjelaskan, pertimbangan dari para produsen air minum untuk tidak menaikan harga jual produknya karena beberapa produsen sebenarnya telah menaikan harga pada April lalu akibat dari kenaikan tarif listrik bagi industri yang ditetapkan oleh pemerintah.
"Beberapa merek sudah menaikkan harganya sekitar 5 persen hingga 11 persen pada April lalu sebagai antisipasi terhadap kenaikan biaya produksi akibat kenaikan tarif listrik atau kemasan," katanya.
Sebelumnya, Hendro menyatakan bahwa secara nasional industri minuman dalam kemasan tengah mengalami penurunan produksi.
Pada Juli 2014 saja, industri minuman dalam negeri diperkirakan hanya mampu memproduksi sekitar 1,75 miliar liter. Angka ini turun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar 1,8 miliar liter.
Pada tahun ini, Aspadin menargetkan produksi air minum mencapai 23,9 miliar liter atau meningkat 11 persen dari 2013 yang sebanyak 20,3 miliar liter.
Berdasarkan data Aspadin produksi air minum dalam kemasan pada semester I mencapai 11,65 miliar liter atau naik 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. (Dny/Gdn)
Banyak Permintaan, Pengusaha Jamin Tak Naikkan Harga Air Kemasan
Aspadin menargetkan produksi air minum mencapai 23,9 miliar liter atau meningkat 11 persen dari 2013 yang sebanyak 20,3 miliar.
Advertisement