Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah di Amerika Serikat (AS) jatuh pada selasa waktu New York (Rabu pagi waktu Jakarta) karena pasar menunggu data persediaan yang akan dikeluarkan hari ini.
Mengutip Xinhua, Rabu (30/7/2014)Â harga minyak Light Sweet Crude untuk pengiriman September turun 70 sen menjadi US$ 100,97 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September naik 15 sen menjadi US$ 107,72 per barel.
Dewan energi Amerika Serikat dijadwalkan akan melaporkan data pasokan minyak mentah untuk pekan yang berakhir pada tanggal 25 Juli nanti malam. Beberapa pelaku pasar memperkirakan persediaan minyak mentah akan turun sebesar 1 juta barel.
Menurut analis, penurunan terjadi akibat konsumsi bahan bakar yang cukup tinggi pada musim panas ini sebagai akibat musim mengemudi sehingga konsumsi bahan bakar di level puncak. Namun, analis memperkirakan bahwa persediaan minyak di negara tersebut masih dalam kondisi aman.
Sedangkan kenaikan harga minyak mentah Brent akibat dari sanksi lanjutan yang diberikan oleh AS dan Uni Eropa kepada Rusia.
AS dan Uni Eropa pada hari selasa kemarin sepakat untuk memberikan sanksi ekonomi baru kepada RUsia atas konflik di Ukraina. Ketegangan yang semakin tinggi di Ukraina memicu kekawatiran akan pasokan energi secara global.
Para pelaku pasar juga sedang menunggu kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral AS mengenai stimulus ekonomi. Para ekonom memperkirakan bahwa The Federal Reserve (The Fed) bakal kembali mengurangi stimulus pembelian surat utang sebesar US$ 10 miliar dari sebelumnya sebesar US$ 35 miliar menjadi US$ 25 miliar. (Gdn)
Khawatir Persediaan Turun, Harga Minyak Mentah AS Tergelincir
Para pelaku pasar sedang menunggu kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral AS mengenai stimulus ekonomi.
Advertisement