Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan tanah air tengah diuji beragam cobaan. Dari permasalahan depresiasi nilai rupiah yang membebani biaya operasional, kenaikan harga avtur, sampai gugurnya maskapai penerbangan karena kalah saing saat berada di rute yang sama.
Pengamat Penerbangan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Arista Admadjati mengungkapkan, industri penerbangan Indonesia juga harus mendapatkan dukungan lebih besar dari asosiasi penerbangan yakni Indonesia National Air Carrier Association (INACA) selain dari dukungan dari pemerintah.
Menurut Arista, INACA bukan hanya sebagai perkumpulan dari para pengusaha maskapai. Akan tetapi, INACA sebagai lembaga yang tugasnya mendeteksi permasalahan-permasalahan yang bakal dihadapi oleh industri penerbangan. "Itu INACA, dia harusnya lebih mendeteksi," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (1/8/2014).
Dia mencontohkan, jika terdapat maskapai baru, seharusnya INACA menjadi konsultan yang baik. "Misalkan ada maskapai pemain baru itu keamanan gimana, jenis pesawat apa, besar atau kecil," tutur Arista.
Tak hanya itu, dia juga mencontohkan, untuk masalah rute yang padat, INACA juga memberi proteksi lewat alternatif rute lain.
"Rata-rata pengusaha maunya gagah-gagahan. Sudah tahu jumlah rutenya terbatas digebukin rame-rame. Fungsi INACA harus ambil. Dimana maskapai kesulitan cari jalan keluar, bukan stadium kanker 4 baru diarahkan," paparnya.
Oleh karena itu, pihaknya menekankan lagi fungsi asosiasi bukan sekadar wadah perkumpulan semata melainkan menjadi jembatan dengan pemerintah kala industri penerbangan dihadapkan pada masalah. "Pelobi pemerintah, dia punya kekuatan hukum. INACA itu advisor, punya fungsi itu," tukasnya. (Amd/Ahm)
Pengamat: Asosiasi Harus Lindungi Industri Penerbangan RI
Untuk masalah rute yang padat, INACA harus bisa memberikan proteksi dengan cara mencari alternatif rute lain.
Advertisement