Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia kembali membukukan penurunan pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pelaku pasar mengabaikan risiko konflik geopolitik yang sedang terjadi.
Dikutip dari Xinhua, Jumat (1/8/2014), minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman September merosot US$ 2,1 menjadi di level US$ 98,17 per barel di New York Mercantile Exchange, Amerika Serikat (AS). Sementara, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman September turun 49 sen menjadi US$ 106,02 per barel.
Amerika Serikat dan Uni Eropa pada Selasa lalu sepakat untuk memberlakukan sanksi ekonomi tambahan terhadap Rusia. Sanksi tersebut diberikan sebagai imbas terus memanasnya konflik di Ukraina yang melibatkan Rusia.
Rusia merupakan negara produsen minyak yang cukup penting di dunia. Sebagian besar ekspor minyak Rusia disalurkan untuk negara-negara di Eropa melalui Ukraina.
Namun, meskipun ketegangan di Ukraina terus memanas, belum ada tanda-tanda bahwa produksi atau pasokan minyak dari daerah tersebut akan mengalami penurunan.
Penurunan harga minyak ini juga diikuti dengan penurunan harga komoditas lainnya dan juga penurunan harga saham. Hal tersebut terjadi karena terdapat sentimen lain yaitu Argentina yang tidak bisa melunasi bunga utang (default) kepada para kreditornya.
Negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi ketiga di wilayah Amerika Latin ini gagal dalam negosiasi ulang pembayaran bunga surat utangnya.
Sentimen lain yang mempengaruhi penurunan harga minyak adalah masih cukupnya pasokan minyak mentah di Amerika. pasokan bensin di Amerika meningkat 360 ribu barel menjadi 218,20 juta pada pekan lalu. Level tersebut merupakan level tertinggi sejak 14 Maret lalu. (Gdn)
Harga Minyak Tergelincir ke Bawah US$ 100 Per Barel
Minyak mentah Light Sweet untuk pengiriman September merosot US$ 2,1 menjadi US$ 98,17 per barel di New York Mercantile Exchange.
Advertisement