Sukses

Pergerakan Rupiah Lebih Tergantung Hasil Pilpres

Pelemahan rupiah karena adanya risk off pasar keuangan dunia terutama bagi negara berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Di awal Agustus, rupiah kembali dibuka dengan pelemahan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp 11.700 per dolar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR).

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menjelaskan pelemahan rupiah yang terjadi dikarenakan karena kondisi belum pastinya mengenai situasi politik di Indonesia.

Belum pastinya keputusan mengenai hasil pemilihan umum presiden 2014 ditambah dengan minimnya transaksi perdagangan juga menjadi faktor pelemahan rupiah.

"Tidak apa-apa (rupiah melemah) karena faktor periode 1 Agustus ada sedikit gejolak karena pasar tipis sekali, karena saat itu ada kondisi perkembangan dunia risk off," kata Agus saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Senin (4/8/2014).

Agus menjelaskan adanya risk off pasar keuangan dunia terutama bagi negara berkembang lebih dikarenakan pengaruh Argentina yang gagal bayar utang untuk kesekian kalinya.

Namun apa yang terjadi di Argentina hanya bersifat sementara bagi Indonesia, dan hal itu hanya berdampak tidak terlalu besar ke Indonesia.

"Kalau secara umum kondisi Indonesia lebih ke hasil pilpres 22 Agustus nanti yang baik, itu akan membawa kepastian dan optimisme terhadap Indonesia," papar Agus.

Dari kurs tengah (JISDOR) Bank Indonesia nilai tukar rupiah berada di level Rp 11.747 per dolar AS atau melemah jika dibandingkan dengan pada 25 July 2014 yang berada di level Rp 11.591 per dolar AS.

Sementara dari kurs Bloomberg pada pukul 12.00 tercatat dibuka di level Rp 11.760 per dolar AS dan hal itu menjadi titik terendah. Saat ini rupiah menguat 20 basis poin dengan berada di level Rp 11.740 per dolar AS meski sempat menyentuh level tertinggi di 11.707,50. (Yas/Gdn)