Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar dan premium secara merata di seluruh daerah akan berdampak terhadap kenaikan harga barang. Jika hal ini terjadi, BPS akan melakukan survei khusus penjualan BBM.
Deputi Bidang Distribusi Barang dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengaku dampak tersebut baru akan terasa apabila pembatasan BBM subsidi sudah meluas ke berbagai wilayah di Tanah Air.
"Ini kan baru hanya Jakarta Pusat yang konsumsinya seperenam dari Jakarta. Kalau sudah menyebar ke seluruh Jakarta, jalan tol sudah nggak boleh jualan premium, baru akan terasa dampaknya," ungkap dia di kantornya, Jakarta, Senin (4/8/2014).
Jika hal ini sudah terjadi, Sasmito mengaku bakal melakukan survei khusus penjualan BBM atau survei harga. "Kalau belum meluas, artinya implementasi pembatasan subsidi BBM belum bagus," ujar Sasmito.
Dia mengaku, hampir 90 persen penjualan BBM didominasi premium. Sementara solar hanya memegang peranan kecil dalam transportasi. "Solar hanya untuk perdagangan besar dan industri sehingga gejolak harga kecil, dan pengaruhnya nggak besar. Kalau premium dampaknya terasa banget," papar Sasmito.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan II, Bambang Brodjonegoro mengaku, pembatasan volume subsidi BBM merupakan langkah menjaga volume supaya tak melampaui 46 juta kiloliter.
"Menurut mereka (BPH Migas) sih bisa, tapi pelaksanaannya sih harus konsisten dan tegas. Tapi kalau nggak mampu harus ada kebijakan tambahan, yang nggak bisa business as usual," pungkasnya. (Fik/Ahm)
BBM Bersubsidi Dibatasi, BPS Bakal Gelar Survei Khusus
BPS menilai, pembatasan penyaluran solar bersubsidi dampaknya tidak terlalu besar mengingat solar hanya digunakan untuk industri.
Advertisement