Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia mengaku vonis gagal bayar (default) utang Argentina terhadap pemegang obligasi akan berdampak terhadap pasar saham dan keuangan negara lain, termasuk Indonesia. Namun pemerintah memiliki cara untuk mengantisipasi hal tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung menyatakan, kasus default Argentina dapat sewaktu-waktu mengguncang pasar saham negara lain.
"Pasti ada pengaruhnya karena Argentina default, harga saham New York jatuh. Otomatis berpengaruh terhadap saham dan harganya jatuh di beberapa negara. Karena di dunia ini sudah borderless, jadi ada satu saja kejadian pasti kena. Argentina memang jauh di sana tapi pengaruhnya ada. termasuk pelemahan rupiah," jelasnya di Jakarta, Selasa (5/8/2014).
Chairul mengaku, Indonesia sejauh ini belum pernah mengalami gagal bayar utang. Bahkan saat krisis besar membelit negara ini pada 1998, ada lembaga donor Paris Club dan Prakarsa Jakarta yang didirikan oleh sektor korporat. "Tidak pernah gagal bayar," ucapnya.
Dia mengatakan, antisipasi pemerintah agar terhindar dari kasus gagal bayar tersebut, salah satunya menjaga dan memperkuat findasi ekonomi Indonesia agar tak mudah goyah.
"Dalam bentuk semua antisipasinya, kebijakan atau apapun secara fundamental. Misalnya dari segi penduduk, ada sebanyak 240 juta jiwa yang memerlukan banyak kebutuhan seperti pakaian, perumahan dan lainnya. Nah kita harus bisa mandiri untuk supaya memenuhi kebutuhan dari kita sendiri," terangnya.
Chairul berharap agar seluruh masyarakat dan pemerintah tak berpuas diri dan terlena dengan keadaan ekonomi yang baik ini.
"Kondisi sekarang so far so good, tapi jangan berpuas diri, harus bekerja lebih baik. Kalau dulu mendayung perahu, kita ikuti angin saja, mulai sekarang kita akan mendayung dan bekerja keras luar biasa," tandas dia. (Fik/Gdn)
Indonesia Tak Pernah Gagal Bayar Seperti Argentina
Chairul berharap agar seluruh masyarakat dan pemerintah tak berpuas diri dan terlena dengan keadaan ekonomi yang baik ini.
Advertisement