Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengaku sedang fokus untuk menurunkan jurang antara orang kaya dan miskin (gini ratio) yang trennya mengalami kenaikan. Salah satunya dengan mengalihkan subsidi dari barang ke orang supaya tepat sasaran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung menyebut, gini ratio di negara Arab sudah menembus 0,45 persen. Sementara Indonesia 0,41 persen.
"Tren gini ratio ada kecenderungan meningkat terus. Sehingga siapapun pemimpin Indonesia nanti perlu berpihak terhadap kesenjangan tersebut. Jangan sampai kesenjangan mencolok, jadi harus diprioritaskan," ucap dia di kantornya, Jakarta, Selasa (5/8/2014).
Caranya, lanjut Chairul, dengan merelokasi anggaran subsidi dalam bentuk barang ke orang, sehingga dapat membantu masyarakat kalangan hampir miskin dan miskin.
"Subsidi yang diberikan tidak tepat sasaran yakni kepada barang bukan orang itu sangat tidak baik. Harus dilakukan perubahan, karena anggaran subsidi sangat membebani APBN, jadi harus dikurangi, dihapus atau direlokasi. Sehingga bukan orang-orang mampu yang menikmati subsidi tersebut," ujarnya.
Dia menyebut tiga opsi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Antara lain, bisa dilakukan pada pemerintahan sekarang yang tinggal dua bulan lagi, pada pemerintahan yang akan datang atau diterapkan pembagian antara pemerintahan sekarang dan mendatang untuk menyesuaikan harga BBM.
"Semua dibahas tapi keputusannya tergantung pembicaraan Presiden yang ada sekarang dan Presiden definitif. Tapi keputusan pengurangan subsidi ini sifatnya politik, pilih yang inflasinya kecil. Kalau tidak, angka kemiskinan akan meningkat, dan yang pas-pasan akan mengalami dampak parah dari kenaikan harga itu," tukas Chairul. (Fik/Gdn)
RI Waspadai Kesenjangan antara Kaya dan Miskin
Gini ratio di negara Arab sudah menembus 0,45 persen, sementara Indonesia 0,41 persen.
Advertisement