Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memperkirakan nilai kerugian yang ditanggung perusahaan karena menjual solar kepada PT PLN (persero) tidak sesuai dengan harga keekonomian mencapai US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun di akhir tahun.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, sampai semester pertama ini saja pihaknya sudah menanggung rugi hingga US$ 45 juta.
Baca Juga
"Kerugian kita tahun lalu US$ 28 juta, semester satu tahun ini US$ 45 juta. Kalau nggak dikoreksi kerugian kita bisa sampai US$ 90 juta atau sekitar Rp 1 triliun lebih untuk tahun ini," kata Hanung di Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Kamis (7/8/2014).
Dia mengaku tengah melakukan negosiasi harga untuk mencari kesepakatan dengan PLN. Namun jika tidak menemukan kesepakatan Pertamina akan menghentikan pasokan solar ke PLN.
"Kalau ada kesepakatan kontrak kita akan suplai. Dalam aturannya setelah kita suplai 50 persen, kuota tahun lalu kita bisa pakai harga keekonomian. Kalau tidak bisa stop," paparnya.
Hanung pun yakin, kedua perusahaan plat merah tersebut segera menemukan kesepakatan harga. Pertamina tidak ingin mengambil banyak keuntungan atas penjualan solar tersebut, asalkan tidak mengalami kerugian.
"Kemampuan pembayaran direksi PLN akan menjelaskan, yang penting untuk Pertamina ada surat kesanggupan harga baru. Pertamina nggak berharap banyak asal nggak rugi aja. Semoga nanti sore atau besok pagi ada kesepakatan harga, kita punya keinginan masalah ini diselesaikan," pungkas dia. (
Advertisement