Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) akan membangun tiga pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) untuk mengantisipasi krisis listrik di Jawa yang diperkirakan terjadi pada 2018.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengaku tak yakin pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang Jawa Tengah berkapasitas 2X 1.000 megawatt (MW) bisa selesai pada 2018. Pasalnya, hingga kini masih terkendala pembebasan lahan.
Menurut Nur, keterlambatan pembangunan fasilitas kelistrikan tersebut harus dikejar, untuk menghindari krisis listrik yang dikhawatirkan terjadi pada 2018. Cara tercepat yaitu dengan membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG).
"Kalau kapasitas 2.000 MW menggantikan Batang karena harus selesai 2018 maka teknologi yang mungkin adalah menggunakan gas," kata Nur di Jakarta, Senin (11/8/2014).
Nur mengungkapkan, saat ini pasokan gas tidak menjadi kekhawatiran. Pasalnya, sudah ada beberapa fasilitas gas seperti terminal gas terapung dan pipa di Indonesia.
"Kemudian kita akan bicarakan pasokan gasnya. Karena pasokan gas relatif fleksibel karena ada floating terminal ada dua. Satu di Lampung, satu di Jakarta. Sumbernya bisa LNG. Bisa dari domestik dan luar negeri. Sekarang sumber gas lebih kaya lebh banyak pilihan dibanding tahun lalu," tuturnya.
Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi PLN, Murtaqi Syamsudin mengungkapkan, keempat pembangkit listrik tersebut bertempat di lahan pembangkit yang sudah ada, yaitu PLTGU Tanjung Priok 1.000 MW, PLTGU Muara Karang 500 MW dan PLTGU Grati 500 MW.
"Sebenarnya rencana sudah ada tapi dipercepat. Muara karang akan tender akhir tahun, Grati sudah berjalan. Priok sedang," pungkasnya. (Ndw)