Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 dengan jumlah rumah tangga pertanian sebanyak 26,14 juta. Sebagian besar dari para pekerja di sektor pertanian hidup di bawah garis kemiskinan.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, dominasi rumah tangga yang bekerja di sektor ini berasal dari Jawa Timur sebanyak 4,98 juta rumah tangga, lalu disusul Jawa Tengah 4,29 juta rumah tangga, dan 3,06 juta jiwa dari Jawa Barat.
"Pekerja di sektor pertanian banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka jadi buruh tani. Penduduk miskin memang banyak di sektor ini," papar dia saat mengumumkan hasil ST 2013 di Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Lebih jauh kata dia, tenaga kerja yang terserap di sektor ini cukup besar 34,6 persen atau 38,07 juta orang dari total basis angkatan kerja di Indonesia. Sementara kontribusi sektor pertanian ke Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 14,43 persen di kuartal II 2014.
Sayangnya, tren kontribusi di sektor tersebut dalam porsi PDB atas dasar harga berlaku merosot selama satu dekade dari sebelumnya 15,19 persen.
"Sektor pertanian perlu mendapat perhatian besar oleh pemerintah. Bagaimana caranya untuk memajukan usaha pertanian, mengurangi penduduk miskin dan sebagainya," papar dia.
Data hasil ST 2013, sambung Suryamin, dapat digunakan pemerintahan saat ini maupun pemerintahan baru untuk menggenjot sektor krusial ini.
Baca Juga
Pasalnya, lanjut dia, Indonesia memiliki sentra-sentra produksi pertanian seperti sentra cabai, sentra jagung, sentra bawang dan lainnya.
"Jadi data ini bisa menjadi dasar bagi pemerintah guna menentukan siapa saja  yang bisa diberikan bantuan. Mensejahterakan petani dan memaksimalkan penggarapan sektor pertanian," ucap dia.
Suryamin mengaku, seluruh data BPS bukan saja dipakai pemerintah dalam mengambil dan memutuskan kebijakan tepat bagi sektor pertanian dan subsektor lain, diantaranya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Tapi juga dapat dimanfaatkan lembaga internasional.
"Permintaan data meningkat, sehingga banyak lembaga internasional minta data BPS untuk dimanfaatkan. Contohnya UNSD, International Moneter Fund (IMF), FAO, dan masih banyak lainnya," tutur dia.
BPS, kata dia, berupaya menyajikan data-data berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia, peralatan, metodologi nasional maupun internasional, organisasi hingga kuesioner yang diperlukan dalam setiap sensus.
"Kesuksesan sensus juga didukung dari responden. Jadi diharapkan responden tidak bohong dalam memberikan data kepada petugas serta tepat waktu. Ini merupakan bagian dari kualitas data," pungkas Suryamin. (Fik/Nrm)
Advertisement