Sukses

Pengusaha Pesimis Ekspor Sepatu Bisa Tumbuh Tinggi

Ekspor produk sepatu dalam negeri banyak disumbang oleh merk-merk sepatu asing yang telah diproduksi di Indonesia seperti Nike dan Adidas.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha sepatu nasional menargetkan ekspor alas kaki tahun ini mencapai US$ 4,2 miliar, atau meningkat US$ 200 juta dibandingkan tahun lalu yang sebesar US$ 4 miliar.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan kenaikan tersebut terbilang kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kenaikan upah dan kenaikan biaya energi.

"Paling naik sedikit sekitar US$ 200 juta. Karena ada demo dan lain-lain. Akhirnya tunggu saja pemerintahan baru. Ekonomi ini kan soal kepastian karena tanam investasi," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2014).

Dia menjelaskan, ekspor produk sepatu dalam negeri banyak disumbang oleh merk-merk sepatu asing yang telah diproduksi di Indonesia seperti Nike dan Adidas.

"Kalau Nike dan Adidas itu kan ekspornya itu 70 persen dari total produksi. Dan 70 persen dari ekspor (sepatu nasional) adalah sepatu sport. 35 persen ekspor ke Eropa, 25 persen ke Amerika Serikat, lalu ada juga ke Jepang dan Australia," lanjut dia.

Sementara untuk 2015 di mana pada akhir tahun mulai berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dia juga pesimis akan terjadi pertumbuhan ekspor yang besar.

"Tumbuh nggak banyak. Yang harus diperhatikan adalah nanti ada free flow of goods dan labour. Untung di kita sudah ada lembaga sertifikasi alas kaki, misalnya yang kerja disini harus bisa bahasa Indonesia. Selain itu juga keahlian," jelasnya.

Untuk omset industri sepatu secara keseluruhan pada semester I 2014, menurut Binsar belum ada banyak perbaikan jika dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar US$ 2 miliar. Meski demikian, dia yakin dengan jumlah penduduk yang besar dan kondisi ekonomi yang membaik bisa memacu pertumbuhan penjualan sepatu didalam negeri.

"Demand kita kan dari 250 juta (penduduk) itu tinggal kali dua, jadi sekitar 500 juta pasang. Ini bisa dilihat juga dari skala pendapatan nasional. Masalahnya di Indonesia, antara pendaptan tinggi dan rendah jaraknya jauh sekali," katanya.

Hingga saat ini, kapasitas terpasang industri alas kaki nasional 70 persen- 80 persen. Oleh karena itu, Binsar berharap pemerintah mendatang bisa lebih menjaga kondisi ekonomi termasuk soal upah buruh sehingga pengusaha dapat menambah kapasitas terpasang industrinya.

"Idealnya kan 90 persen. Karena kan ada ribut soal upah, ini belum terselesaikan karena politisasinya cukup tinggi. Peminat investasi juga banyak tapi tunggu bagaimana pemerintahan kita. Kalau respon terhadap hasil pilpres baik, ya semua lancar," tandasnya. (Dny/Nrm)