Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang digelar hari ini diprediksi akan memutuskan mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 7,5 persen.
Chief Econom Bank Mandiri, Destry Damayanti memperkirakan tak bergesernya BI rate tersebut disebabkan masih adanya risiko meski pemilihan umum (pemilu) sudah diselenggarakan.
"Dari tren kenaikan global rate hingga masalah domestik defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang tinggi dan ketidakpastian politik sehingga bisa memicu capital reversal," kata Destry saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/8/2014).
Senada dengan Destry, pengamat ekonomi asal Universitas Gadjah Mada, Toni Prasetyantono juga memprediksi BI rate masih tetap di level 7,7 persen. Bertahannya BI rate sejalan dengan mulai membaiknya kondisi regional.
Namun sayangnya, perbaikan indikator tersebut masih dibayangi dengan ketatnya likuiditas yang dimiliki kalangan perbankan akibat kenaikan BI rate selama ini yang baru dirasakan pada akhir tahun 2014.
"Saya pikir BI akan cenderung konservatif untuk menahan BI rate di level sekitar 7,5 persen. Likuiditas memang ketat, namun ada perbaikan beberapa indikator, misal cadangan menjadi US$ 110 miliar, inflasi mulai melandai, rupiah sekitar Rp 11.600-11.700 per dolar AS," tegas Toni.
Toni juga berpendapat, selama besaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) belum dikurangi, satu hal yang sulit untuk diharapkan jika BI rate akan diturunkan. (Yas/Ndw)
Advertisement