Sukses

Produsen Petrokimia Terbesar Thailand Tambah Investasi di RI

Rencana tersebut menyusul adanya perubahan rencana investasi dari PT Pertamina yang merupakan rekan bisnisnya di Indonesia.

Liputan6.com, Bangkok - Produsen Petrokimia terbesar di Thailand, PTT Global Chemical Plc (PTTGC) berencana meningkatkan investasinya di Indonesia. Rencana tersebut menyusul adanya perubahan rencana investasi dari PT Pertamina yang merupakan rekan bisnisnya di Indonesia.

Mengutip laman Bangkok Post, Kamis (14/8/2014), Presiden dan CEO PTTGC, Bowon Sinudom mengatakan, usaha gabungannya dengan perusahaan minyak Indonesia tersebut sebelumnya ditujukan hanya untuk membangun pabrik penghasil olefin. Awalnya, investasi PTTGC bernilai US$ 5 miliar untuk proyek tersebut.

Namun hasil studi banding yang dilakukan menunjukkan potensi keuntungan yang lebih besar jika PTTGC memperluas komplek kilang minyak pada saat bersamaan.

Hasilnya, Pertamina akan mengubah rencananya yang hanya pada petrokimia. Kini investasi tersebut juga akan mencakup peningkatan kapasitas kilang minyak di Jawa dari 125 ribu barel menjadi 360 ribu barel per hari.

Peningkatan kapasitas kilang minyak tersebut diperkirakan membutuhkan dana sebesar US$ 3 miliar. Artinya, total investasi yang akan dibenamkan dapat mencapai US$ 8 miliar.

Bowon mengatakan, peningkatan kapasitas kilang tersebut berarti meningkatkan jumlah produksi Liquified Petroleum Gas (LPG) dan nafta yang lebih besar. Sementara produksi olefinnya dapat memperoleh lebih banyak pasokan tanpa harus mengimpor minyak olahan.

"Permintaan minyak di Indonesia akan melonjak pesat dalam beberapa tahun ke depan karena perekonomiannya yang terus membaik. Mengingat Indonesia memiliki kapasitas kilang yang terbatas, maka negara tersebut biasanya mengimpor minyak olahan," jelas dia.

Sementara struktur pembagian kepemilikan saham dari proyek tersebut masih belum ditentukan. Kedua rekan kerja tersebut kemungkinan akan mencari pihak ketiga atau keempat untuk bergabung memenuhi kebutuhan investasi yang sangat masif tersebut.

Sementara keputusan investasi yang semula akan diumumkan pada akhir tahun ini, diundur hingga awal 2015. Jika terealisasi, pada 2020, produksi komersil olefin dapat mencapai 1 juta ton.