Sukses

Sambut Pengumuman BI Rate, Rupiah Bergerak Menguat

Pekan ini, rupiah masih akan berada di level Rp 11.600 per dolar AS hingga Rp 11.700 per dolar AS.

Liputan6.com, Singapura - Nilai tukar rupiah tercatat menguat ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir menjelang pengumuman BI rate hari ini. Para ekonom memperkirakan BI Rate tak akan berubah pada pengumuman bulan ini. Artinya, BI Rate akan terus berada di level yang sama dalam sembilan bulan ini.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (14/8/2014), menunjukkan rupiah di pasar Spot menguat 0,2 persen ke level Rp 11.670 per dolar Amerika Serikat (AS). Selama empat hari terakhir, rupiah tercatat telah menguat 0,9 persen.

Di pasar kontrak Non Deliverable Forwards (NDF), rupiah juga tercatat menguat 0,3 persen ke level Rp 11.726 per Dolar AS pada perdagangan pukul 08.54 waktu Jakarta. Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh level Rp 11.710 per dolar AS dan merupakan level terkuat sejak 31 Juli.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) juga mencatatkan penguatan tipis sebesar 16 poin ke level Rp 11.667 per dolar AS.

"Kami tak melihat adanya perubahan suku bunga tahun ini, hingga pemerintahan baru mulai menerapkan kebijakan mengatasi subsidi bahan Bakar Minyak (BBM)," ungkap Kepala Riset Pasar Global di Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd, Sook Mei Leong di Singapura.

BI menyebutkan bahwa langkah menahan BI Rate dilakukan agar kebijakan moneter konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5 persen di tahun ini dan 4 persen pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. BI menilai bahwa stabilitas makro ekonomi masih terjaga di tengah proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang.

Namun, ke depan masih terdapat sejumlah risiko dari eksternal dan domestik yang perlu diwaspadai yang dapat mengganggu tercapainya sasaran inflasi dan perbaikan kinerja transaksi berjalan.

Untuk itu, bank sentral terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi.

Sook Mei Leong melanjutkan, sejauh ini rupiah telah bergerak cukup baik dan seharusnya dapat bertahan di level yang sama hingga beberapa pekan ke depan. Meski demikian, defisit transaksi berjalan yang diprediksi membengkak ke level 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) juga berpotensi melemahkan rupiah.

Pekan ini, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual memprediksi rupiah belum akan bergerak secara signifikan.

"Pekan ini, rupiah masih akan berada di level 11.600-11.700 per dolar AS," tandasnya. (Sis/Gdn)

Video Terkini