Sukses

Tergantung Bahan Impor, Industri Kimia Nasional Mengkhawatirkan

Pemerintah diharapkan memberikan intensif agar industri kimia nasional dapat berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi industri di Indonesia yang bergerak di bidang kimia sangat memprihatinkan. Hal tersebut terlihat, dari tingginya ketergantungan bahan baku yang diperoleh dari impor.

Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman mengatakan, sebanyak 80 persen bahan baku diperoleh dari impor. Adapun, bahan baku tersebut banyak didapat dari wilayah Timur Tengah.

"Pohon industri kita untuk industri kimia rapuh, bolong-bolong. Harus kita dorong. Terutama hulu, kalau hulu berdiri dengan sendirinya hilir akan berkembang," kata dia di Jakarta, Kamis (14/7/2014).

Mirisnya, kondisi tersebut  membuat banyaknya industri kimia yang tutup. Banyaknya industri yang tutup karena tertekan produk kimia murah yang masuk ke Indonesia yang berasal dari Cina.

"Sekarang banyak industri kimia tutup, masuknya produk-produk sangat murah dari Cina," lanjutnya.

Dengan kondisi yang seperti ini, dia mengatakan akan berat dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan berlangsung pada 2015 nanti. Maka dari itu, kata dia pemerintah mesti mencari langkah solutif untuk mengendalikan besarnya impor bahan baku.

Lalu, kesiapan sumber daya manusia (SDM) juga mesti dipersiapkan. Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan intensif agar industri kimia nasional dapat berkembang.

"Dukungan fiskal penting, tax holiday dan lain-lain diperlukan industri hulu. Tak mungkin orang investasi  tanpa intensif," tukasnya. (Amd/Gdn)

  • PT Petrokimia Gresik merupakan produsen pupuk di Indonesia, yang pada awal berdirinya disebut Proyek Petrokimia Surabaya (1962).

    Petrokimia Gresik