Sukses

Miliarder Wanita Ini Tak Gentar Meski Ekonomi Negaranya Loyo

Teresita Sy-Coson malah melihat sejumlah peluang di tengah lemahnya perekonomian Filipina.

Liputan6.com, Manila - Meskipun perekonomian Filipina diprediksi melemah tahun ini, tapi salah satu wanita berpengaruh di negara tersebut, Teresita Sy-Coson mengaku tak gentar. Wanita yang juga merupakan salah satu miliarder terkaya di dunia ini mengatakan dirinya tak takut menghadapi prospek perlambatan laju pertumbuhan ekonomi.

Uniknya, seperti dilansir dari CNBC, Jumat (15/8/2014), dia malah melihat sejumlah peluang di tengah lemahnya perekonomian Filipina. Dia menerangkan, perekonomian Filipina selalu menunjukkan pergerakan yang sama.

"Hanya pada waktu tertentu Filipina akan menarik banyak perhatian. Ini memberikan kami banyak keuntungan seperti biaya kredit yang rendah dan juga keceriaan pasar saham yang baik untuk berbisnis," terang dia.

Pekan lalu, Bank Dunia mengurangi proyeksi pertumbuhan ekonomi Filipina menjadi 6,4 persen dari 6,6 persen. Bank Dunia menyebutkan, rendahnya belanja pemerintah dan pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed) merupakan risiko ekonomi yang memberatkan Filipina.

Terlebih lagi, perekonomian Filipina telah dihantam badai Haiyan juga tercatat belum pulih. Meski demikian, Sy-Coson masih tetap percaya diri bahwa bisnisnya tidak akan terganggu.

"Kami berharap dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar tahun ini. Kami hanya perlu bekerja lebih keras," jelasnya.

Dia menjelaskan, perusahaan besutannya tumbuh di tengah lingkungan yang sulit. Sang ayah yang juga merupakan konglomerat ternama di Filipina meminta dia bersama saudaranya untuk tetap bekerja keras menghadapi seluruh rintangan perekonomian yang muncul.

Kehebatan wanita berusia 63 tahun tersebut memang telah teruji. Dia diketahui berhasil mentransformasi ritel dan bank kecil keluarga, Banco de Oro menjadi kreditor terbesar di Filipina.

Perusahaannya, SM Prime Hodings kini juga tercatat telah memiliki lima pusat perbelanjaan di China. Dia berencana dapat berinvestasi sekitar US$ 200 juta lagi di negara tersebut meski mengaku tak akan tergesa-gesa melakukannya. (Sis/Ndw)

Â