Sukses

Pakistan, Gelap Gulita Dihantam Krisis Ekonomi

Pada waktu itu, listrik yang mengalir ke rumah-rumah masyarakat bahkan padam selama 12 jam sehari.

Liputan6.com, Islamabad - Utang pemerintah luar yang terlalu besar memang ampuh membuat perekonomian sebuah negara terguling dan sulit bangkit. Pada 2008, Pakistan tercatat gagal bayar atas utang asingnya yang tercatat sangat masif di tengah gejolak krisis finansial global.

Kondisi perekonomian Pakistan semakin buruk ditandai dengan sejumlah gejala yang muncul di tengah masyarakat. Pada waktu itu, listrik yang mengalir ke rumah-rumah masyarakat bahkan padam selama 12 jam sehari dan masyarakat harus menggunakan lilin sebagai penerangan.

Tak hanya itu, antrean untuk memperoleh bahan bakar juga semakin panjang karena terbatasnya pasokan. Lebih dari itu, keterpurukan ekonomi Pakistan juga ditunjukkan sektor perbankan di mana para nasabah menarik tabungan dan depositonya dengan terburu-buru.

Pada waktu itu, cadangan devisa Pakistan bahkan merosot tajam hingga US$ 4,3 miliar yang disebabkan melonjaknya harga bahan bakar. Krisis ekonomi Pakistan diperburuk dengan keterpurukan nilai tukar rupee terhadap dolar yang mencapai 25 persen dalam waktu cepat.

Bagaimana kisah negara gagal bayar yang harus bergelut melawan kebangkrutan ini? Berikut ulasan mengenai krisis ekonomi yang dialami Pakistan seperti dikutip dari Businessweek, Pakistan Today, The Telegraph, dan sejumlah sumber lainnya, Jumat (15/8/2014):

2 dari 4 halaman

Krisis Ekonomi akibat Utang dan Korupsi

Krisis Ekonomi akibat Utang dan Korupsi

Pemerintah Pakistan terjerat krisis ekonomi setelah ditinggalkan Presiden Pervez Musharraf, penguasa militer yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Agustus 2008. Utang asing yang bersifat komersil yang ditanggung Pakistan tercatat sebesar US$ 3 miliar, sedangkan pinjaman dari IMF dan beberapa negara lain mencapai US$ 38 miliar.

Harga minyak yang tinggi dan korupsi yang merajalela ditambah penyalahgunaan kekuasaan telah menimbulkan gangguan perekonomian yang teramat besar.

Mengingat posisi Pakistan sebagai negara teroris yang tengah diperangi Amerika Serikat, krisis ekonomi memiliki konsekuensi yang mendalam. Sejumlah konflik internal juga sempat terjadi akibat buruknya kondisi perekonomian saat itu.

Dalam beberapa bulan saja, nilai tukar rupee Pakistan telah merosot hingga lebih dari 21 persen. Sementara tingkat inflasi melonjak hingga 25 persen.

Peningkatan harga-harga barang di dunia juga mendorong naik harga makanan dan bahan bakar di Pakistan sejak 2007. Bahkan sejumlah upaya pembayaran utang yang ditanggungnya juga belum membuahkan hasil.

3 dari 4 halaman

Pakistan Tak Dapat Dana Bantuan

Pakistan Tak Dapat Dana Bantuan

Pada 2008, Pakistan juga tercatat kesulitan membayar pasokan minyak 100 ribu barel per hari yang disediakan Arab Saudi. Sayangnya, pada saat itu, pemerintah juga gagal mendapatkan dana pinjaman dari sejumlah negara yang selama ini dianggap sebagai rekan kenegaraan.

Padahal kala itu, Pakistan membutuhkan dana talangan sekitar US$ 100 miliar dari komunitas internasional. Tanpa dana tersebut, Pakistan tidak bisa membayar utangnya yang telah mencapai US$ 3 miliar.

Sementara hingga 2012, utang eksternal Pakistan bukannya meningkat dan malah terus bertambah menjadi US$ 59.6 miliar disesuaikan dengan angka inflasi. Pemerintah baru yang mulai memimpin pada 2013 justru membuat tingkat utang eksternal Pakistan semakin parah.

Tanpa ada sumber untuk membayar seluruh pinjaman, pendapatan pajak yang rendah, depresi ekonomi dan pelemahan mata uang membuat kondisi finansial Pakistan semakin terpuruk.

4 dari 4 halaman

Listrik di Pakistan Padam 12 Jam Sehari

Listrik di Pakistan Padam 12 Jam Sehari

Dengan sistem perekonomian global yang tengah terguncang akibat krisis finansial global, dampak krisis ekonomi yang dialami Pakistan akan sangat menyakitkan. Di kalangan atas, bank-bank telah terkapitalisasi dan kredit-kredit terkait pasar perumahan di AS tercatat memburuk.

Aroma kebangkrutan bahkan tercium hingga ke kalangan masyarakat terendah. Listrik di rumah-rumah penduduk padam setiap 12 jam setiap hari. Masyarakat juga harus mengantre cukup panjang untuk memperoleh bahan bakar sementara para nasabah menarik uangnya dari bank.

Harga-harga komoditas khususnya minyak naik tak terkendali. Pakistan bahkan hanya punya cukup uang tunai untuk membiayai impor selama 45 hari saja. (Sis/Ahm)

Â