Liputan6.com, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara resmi menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2015 pada Jumat (16/8/2014) lalu.
Ada penilaian jika RAPBN 2015 ini akan membuat pemerintahan ke depan terkungkung kebijakan fiskal yang sempit sehingga dikhawatirkan membuat investor kabur. Lantas bagaimana otoritas pasar modal menilai hal ini?.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengaku sampai saat ini belum mengetahui pasti respons para investor terkait RAPBN 2015.
"Masih terlalu jauh melihat reaksi pasar," kata dia usai acara halalbihalal dan workshop bertema 'Economic Outlock Pasca Pemilihan Umum 2014' di Jakarta, Senin (18/8/2014).
Namun demikian, Ito menerangkan pemerintahan ke depan mau tak mau mesti menerima keputusan ini. RAPBN masih merupakan rancangan dan belum keputusan final.
"Saya kira kan begini. Bagaimanapun RAPBN 2015 akan diajukan pemerintah sekarang, Pak Jokowi harus menerima dan DPR mengesahkan seperti diajukan pemerintah. Tapi menunggu pembahasan di DPR seperti apa nanti. Itu masih rancangan, itu nanti kita berkomentar setelah ditetapkan DPR," lanjut dia.
Terlepas dari itu, pihaknya mengatakan sampai saat ini kondisi pasar modal masih positif. Terlihat, dari nilai investasi yang ditorehkan investor asing.
"Investor kan positif. Pasar saham selama 2014 sampai semalam, Jumat paling nggak itu nilai investasi asing Rp 55,5 triliun itu saham. Termasuk pasar modal termasuk surat utang lebih Rp 100 triliun," tukas dia. (Amd/Nrm)