Liputan6.com, Sydney Operasi penerbangan Malaysia Airlines (MAs) semakin oleng setelah dihantam dua tragedi maut sejak Maret lalu.
Jumlah penumpang yang terus merosot membuat MAS harus menanggung rugi hingga sekitar 2,16 juta dolar Australia atau Rp 23,6 miliar per hari (kurs: 10.909/dolar Australia).
Baca Juga
Mengutip laman news.com.au, Senin (25/8/2014), guna menarik lebih banyak penumpang, Malaysia Airlines telah meningkatkan komisi pada sejumlah agen perjalanan di Australia.
Advertisement
Komisi pada agen perjalanan meningkat dari 6 persen hingga 11 persen untuk penerbangan menggunakan Malaysia Airlines.
Peningkatan jumlah komisi tersebut telah dilakukan sejak awal tahun guna menambah penjualan tiket.
Kenaikan komisi hingga berlipat ganda menunjukkan betapa MAS harus segera mengisi kursi-kursi kosong di pesawatnya sesegera mungkin.
Dengan jumlah pemesanan tiket yang terus merosot, MAS diprediksi terus kehilangan cadangan dana sekitar 2,16 juta dolar Australia atau Rp 23,6 miliar per hari.
MAS juga berupaya mempekerjakan salah satu pembuat kebijakan ekonomi paling handal di Malaysia guna meningkatkan laba maskapai.
Adalah Idris Jala yang pernah memimpin perusahaan dari 2005-2009 dan berhasil mencetak rekor laba terbesar sepanjang sejarah perusahaan.
Perusahaan penerbangan tersebut juga sebelumnya mengumumkan akan menghentikan sejumlah rute penerbangan baik domestik maupun internasional.
Beberapa analis memprediksi, bisnis penerbangan MAS dapat terjungkal dengan cepat. MAS diperkirakan hanya mampu bertahan satu tahun tanpa suntikan dana tunai dari pemerintah Malaysia.
"Semua tragedi ini bukan kesalahan MAS, tapi saat ini jika Anda tanya pada masyarakat apakah mereka ingin terbang dengan Malaysia Ailines, mereka hanya akan mengeluarkan pendapat negatif atau berkata, lebih memilih menggunakan pesawat lain," ungkap analis penerbangan di Maybank, Mohshin Aziz.
Terlebih lagi, sepanjang Agustus harga saham MAS terus merosot. Pihaknya juga mengumumkan akan menarik dari dari bursa saham dan membeli sahamnya dari tangan publik.
Malaysia Airlines bukan satu-satunya maskapai penerbangan yang bisnsinya goyah karena kecelakaan.
Salah satu maskapai Amerika Serikat, Pan Am, akhirnya bangkrut setelah bertahan selama kurang dari tiga tahun usai ledakan penerbangan 103 dari London ke New York pada 1988. (Sis/Nrm)