Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada (UGM), Miftah Thoha menilai tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih marak terjadi di daerah-daerah dalam proses seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Â
"Biarpun sudah ada Undang-undang (UU) Aparatur Sipil Negara, KKN penerimaan CPNS di daerah paling banyak dibanding kota. Sebagian besar mengandalkan kenalan keluarga," ucap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Rabu (27/8/2014).Â
Â
Menurutnya, menyandang status PNS merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat di daerah. Miftah mengatakan, profesi sebagai PNS dianggap sangat menjanjikan dan menjamin masa depan.
Â
Sayangnya, kuota PNS di daerah tidak sebanding dengan kebutuhan sehingga menimbulkan praktik kecurangan dalam penerimaan CPNS. Â
Â
"Sudah nggak realistis karena peminat CPNS terlalu banyak karena lapangan pekerjaan di luar pemerintahan belum terbuka luas seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi," terang dia.Â
Â
Untuk itu, dirinya mengimbau kepada pemerintah agar menghitung secara tepat kebutuhan pegawai di seluruh Kementerian/Lembaga baik pusat maupun daerah.Â
Â
"Masing-masing Kementerian/Lembaga yang tahu betul kebutuhannya berapa sehingga ini harus dikomunikasikan dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Kementerian Keuangan," jelas Miftah. Â Â Â
Â
Dia berharap, dengan sistem Computer Assisted Test (CAT) dalam seleksi CPNS tahun ini bakal lebih transparan, akuntabel dan membebaskan dari praktik KKN dan aktivitas percaloan.Â
Â
"Melalui sistem ini semua bermain terbuka, dan akan menghemat biaya calon pendaftar karena nggak perlu datang ke instansi masing-masing untuk mengisi formulir, dan sebagainya," tukasnya. (Fik/Nrm)
Â
 *Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!