Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) saat ini tengah berada dalam masa-masa transisi dari pemerintahan pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam kepemimpinannya nanti, Jokowi akan mengubah Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (RAPBN) 2015 yang sudah disahkan Presiden besama DPR RI.
Setidaknya, nanti ada dua hal yang akan diubah pemerintahan Jokowi-JK terutama terkait asumsi makro ekonomi Indonesia dalam satu tahun kepemimpinannya nanti.
"Pemerintah mengatakan level pertumbuhan ekonomi 2015 di angka 5,6 persen, kita akan berjuang itu akan di upgrade di 5,8 persen," kata tim ekonomi Jokowi-JK, Arief Budimanta di kantor INDEF, Jakarta, Rabu (27/8/2014).
Ia optimistis, hal itu dicapai dengan melakukan penurunan impor terutama dalam bahan bakar minyak untuk mengurangi defisit neraca transaksi jasa yang setiap tahunnya terus defisit.
Sementara itu, hal lain yang akan diubah terkait asumsi makro lainnya yaitu mengenai asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Nilai tukar pemerintah sekarang kan tetap 11.900 per dolar karena ini pengaruh inflasi, importasi dan akan pengaruh subsidi. Nilai tukar ini kita akan sesuaikan dapat lebih rendah 11.600. Mudah-mudahan nanti harapan dapat penuhi 11.500 di akhir tahun 2015," kata Arief.
Arief menilai, penetapan nilai tukar rupiah di level 11.600 dan pertumbuhan ekonomi 5,8 persen maka mampu menghemat Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang cukup berarti.
"Kami dapat penerimaan Rp 2,6 triliun, belum lagi ditambah realokasi yang dilakukan berkurangnya angka subsidi BBM dengan asumsi nilai tukar yang berubah," pungkasnya. (Yas/Ahm)
Advertisement
Â
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!