Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto memperkirakan Indonesia masih akan memikul beban defisit neraca perdagangan pada Juli 2014, meskipun dengan angka lebih rendah dari realisasi bulan keenam lalu.
"Neraca perdagangan Juli ini tampaknya masih akan defisit sekira US$ 300 juta," ungkap dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (1/9/2014).
Lanjut Ryan, proyeksi defisit tersebut memang lebih sempit dibanding capaian Juni lalu yang mencapai angka US$ 305,1 juta. Penyebabnya, sambung dia, karena nilai dan volume impor bahan baku masih tergolong tinggi untuk menghadapi Lebaran.
"Efek impor bahan mentah dan bahan penolong yang masih relatif tinggi di Juli lalu karena ada Lebaran Idul Fitri. Impor terbesar datang produk hortikultura (bahan pangan)," kata dia.
Sementara impor minyak, Ryan bilang, menambah beban defisit neraca perdagangan akibat ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan. "Impor minyak menambah defisit neraca perdagangan karena permintaan minyak lebih besar dari pasokannya," tukasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2014 mengalami defisit sebesar US$ 305,1 juta. Di mana, nilai ekspor mencapai US$ 15,42 miliar dan impor US$ 15,72 miliar.Â
Defisit nilai perdagangan Indonesia ini disebabkan defisit sektor migas sebesar US$ 0,60 miliar, meskipun sektor non migas surplus US$ 0,30 miliar.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, penurunan defisit Juni dibandingkan Mei menunjukkan sudah ada pergeseran dari akibat pembatasan ekspor minerba sehingga produksi di luar minerba naik.
"Industri kita sudah mengalami peningkatan. Mudah-mudahan akan berlanjut," kata dia. (Fik/Ndw)
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!