Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan masih malu-malu menyatakan soal waktu yang tepar untuk mengambil kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Padahal pemerintah dan Bank Indonesia (BI) percaya diri inflasi bakal sesuai target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014.
Apalagi melongok inflasi pada Agustus ini yang hanya sebesar 0,47 persen atau terendah selama delapan tahun terakhir. Apakah ini saat yang paling pas menaikkan harga BBM subsidi?
"Saya nggak bisa jawab karena (kenaikan harga BBM) bukan semata-mata keputusan teknis ekonomi. Tapi juga keputusan politik," ujar Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro kepada wartawan di Jakarta, Senin (1/9/2014).
Menurut dia, dalam APBN Perubahan 2014, target inflasi yang dipatok sebesar 5,3 persen belum termasuk dalam perubahan harga yang dikendalikan pemerintah (administer price).
"Jadi kalau lewat dari 5,3 persen karena penyesuaian harga BBM, memang sudah wajar nggak ada yang salah karena ketika membuat asumsi selalu tanpa perubahan administer price," jelasnya.
Bambang bahkan optimistis, dengan pencapaian inflasi sampai dengan Agustus ini 3,7 persen year to date, maka target inflasi bisa di bawah 5,3 persen.
Sementara Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo memperkirakan, inflasi pada September dan Oktober pun masih akan tergolong rendah.
"Sedikit naik di November dan akhir tahun karena musiman. Tapi kami optimistis year on year sekira 5,3 persen atau terkendali dari sisi fundamental," cetusnya.(Fik/Ndw)
Inflasi Rendah, Mungkinkah Harga BBM Naik Tahun Ini?
BPS mengumumkan inflasi Agustus sebesar 0,47 persen atau terendah selama delapan tahun terakhir.
Advertisement