Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi, Faisal Basri mendesak kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan satu hal di akhir masa jabatannya. Permintaan itu terkait dengan utang yang digunakan untuk anggaran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Semoga Pak SBY menuliskan dengan tinta emas di akhir masa jabatannya, bukan meninggalkan bom waktu atau utang dengan nggak menaikkan harga BBM subsidi, jangan menyisakan utang," cetus dia di acara Diskusi Subsidi BBM : Solusi atau Masalah, Jakarta, Minggu (7/9/2014).
Faisal menilai, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 merupakan desain rekayasa dari pemerintah SBY karena ada warisan pengalihan (carry over) subsidi ke pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.
"APBN-P 2014 itu bohong-bohongan, karena ada subsidi yang di carry over ke pemerintahan mendatang. Jadi meninggalkan utang. Karena subsidi naik sudah kayak bom waktu dengan harga minyak mentah yang membumbung tinggi terus, konsumsi BBM meningkat," sambungnya.
Dia menjelaskan, defisit minyak yang kian meroket sejak 2004 dari US$ 3,8 miliar menjadi US$ 27,7 miliar pada 2013 telah membuat lubang defisit anggaran semakin melebar.
"Gara-gara subsidi BBM, penerimaan negara kita nggak bisa buat bayar bunga pinjaman. Jadi bayar bunga utang pun pakai utang. Padahal sebenarnya kalau BBM nggak disubsidi, APBN kita bisa surplus," ujar Faisal. (Fik/Ahm)
Â
Advertisement
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!