Liputan6.com, Jakarta - Menjadi negara dengan pertumbuhan miliarder paling pesat di dunia, Indonesia tentu harus lebih memperhatikan tren yang tengah terjadi di kalangan konglomerat. Salah satu kunci mempertahankan prestasi tersebut adalah dengan mengamati tren pengelolaan keuangan para miliarder Indonesia.
Sejauh ini, DBS Indonesia melihat miliarder Indonesia telah semakin matang dalam mengelola keuangan seperti dikutip dari keterangan resmi lembaga penyedia jasa keuangan global, Bank DBS, Selasa (16/9/2014).
Sejauh ini, pasar properti dah saham menjadi dua sektor yang paling diminati para investor untuk membenamkan modalnya. Menurut hasil riset Head of Consumer Banking Group DBS Indonesia Steffano Ridwan, nilai investasi dua sektor tersebut mencapai 50 persen jumlah penanaman modal di Tanah Air.
Dengan begitu, lembaga keuangan dinilai penting mengenali kebutuhan para miliarder Indonesia. Berikut tiga kebutuhan miliarder Indonesia dalam mengelola keuangannya:
1. Produk investasi yang lebih canggih
Dengan pemahaman yang lebih baik di sektor finansial, miliarder Indonesia atau High Net Worth Individual (HNWI) menuntut produk investasi yang lebih canggih. Penyedia jasa keuangan harus mampu melayani nasabah dengan produk-produk investasi yang sesuai dengan selera risikonya (risk appetite).
Di Indonesia, lembaga perbankan biasanya hanya dapat menawarkan produk-produk investasi domestik (inshore), sedangkan perusahaan penyedia layanan wealth management di luar negeri mampu membantu klien dalam diversifikasi risiko investasi asing (offshore).
2. Peranan relationship manager
Dengan pertumbuhan ekonomi Asia yang begitu cepat, para miliarder sangat haus akan informasi terbaru dari pasar. Relationship manager saat ini harus mampu membekali para miliarder dengan pemahaman yang kuat dan tidak terbatas pada pasar lokal, melainkan juga pada informasi di ranah regional.
Para manajer tersebut harus berperan sebagai penasihat keuangan dengan dengan wawasan yang mumpuni tentang pasar di Asia.
3. Revolusi Digital
Ledakan dunia digital ternyata tidak hanya terjadi di kalangan pasar dengan usia lebih muda dan kelas menengah. Berdasarkan World Wealth Report 2014, sebanyak 82 persen miliarder di Asia Pasifik (kecuali Jepang) menuntut kemampuan digital dari perusahaan pengelolaan keuangan.
Perangkat digital dan mobile tentu saja dapat memungkinkan klien bertransaksi dengan mudah. Para miliarder juga menuntut akses terhadap informasi real-time dalam memenuhi kebutuhannya terhadap asupan nasehat keuangan.
Sekadar informasi, DBS adalah grup penyedia jasa keuangan terkemuka di Asia, dengan lebih dari 250 cabang di 17 negara di dunia. DBS bermarkas di Singapura dan tumbuh pesat di China, Asia Tenggara, dan Asia Selatan. (Sis/Gdn)