Sukses

Harga BBM Naik, Akankah Penjualan Motor dan Mobil Anjlok?

Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto menuturkan, imbas kenaikan harga BBM bersubsidi hanya dua bulan ke penjualan.

Liputan6.com, Jakarta - Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terus bergulir. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan bakal menyesuaikan harga BBM Bersubsidi pada November 2014. Apabila kebijakan ini benar terealisasi, bagaimana dampaknya terhadap penjualan kendaraan roda dua dan roda empat di Tanah Air?

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto mengatakan, separuh dari konsumsi BBM bersubsidi diserap transportasi umum dan kendaraan bermotor. Sehingga sempat ada usulan dari Gaikindo kepada Menteri Perindustrian untuk memberi kesempatan penggunaan BBM subsidi untuk dua jenis kendaraan ini.

"Dengan begitu subsidi bisa dihemat," ucapnya di acara Investor Summit 2014 di Jakarta, Rabu (17/9/2014).

Prijono mendukung langkah pemerintah untuk menaikkan harga BBM subsidi yang diisukan pada November ini. Pasalnya, langkah ini akan membantu penyehatan anggaran negara dan mengurangi konsumsi BBM subsidi.

"Kami pengusaha menyambut gembira dengan kenaikan harga, karena anggaran yang bisa dihemat sangat signifikan. Kalau dialihkan infrastruktur lebih bagus, karena bermanfaat untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli sehingga mereka bisa membeli kendaraan lain," jelasnya.

Meski begitu, Prijono menyadari akan ada imbas terhadap penjualan mobil dan motor yang diproduksi emiten berkode ASII. Namun diperkirakan hanya berlangsung singkat.

"Dampaknya satu sampai dua bulan. Pada 2005 ketika harga BBM naik sampai 100 persen, (penjualan kendaraan) turun 40 persen. Tapi belajar dari pengalaman, setelah kenaikan harga di 2005, nggak banyak lagi dampaknya karena kemampuan daya beli sudah berbeda," paparnya.

Di sisi lain, konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) harus kembali digalakkan. Pasalnya Jokowi dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) siap mengembangkan kendaraan berbahan bakar gas.

Prijono menyoroti kebijakan tersebut dapat berjalan mulus jika pemerintah menyediakan fasilitas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan mengurangi disparitas harga antara BBG dan BBM bersubsidi.

"Kendaraan BBG harus dilakukan pabrikan, tapi disparitas harga antara BBG dan BBM subsidi harus lebih kecil. Kalau disparitas harga masih jauh dan SPBG belum banyak, ya susah. Makanya harus ada kajian lebih mendalam lagi jika mau menjalankan konversi BBG," keluhnya. (Fik/Ahm)

 

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

Video Terkini