Liputan6.com, Jakarta - Harga avtur yang dijual di Indonesia disebut paling mahal di kawasan ASEAN. Untuk menekan harga avtur, PT Pertamina (Persero) meminta agar pemerintah menghilangkan biaya penyaluran bahan bakar pesawat terbang itu sehingga tidak membebani maskapai penerbangan nasional.
Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya mengungkapkan, salah satu penyebab harga avtur Indonesia karena dalam penyaluran avtur Pertamina dikenakan biaya oleh operator bandar udara (bandara) yaitu Angkasa Pura dan Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan gas Bumi (BPH Migas).
"Pertamina membayar fee setiap liter yang dijual ke bandara yang dikelola Angkasa Pura. Kami juga membayar setiap liternya 0,03 persen ke BPH Migas," kata Hanung di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (12/9/2014).
Jika kedua biaya tersebut bisa dihilangkan, Hanung menjamin Pertamina bisa menurunkan harga avtur. Pasalnya, mahalnya harga avtur akan menggerus daya saing maskapai penerbangan Indonesia. Hal ini harus menjadi perhatian mengingat mulai diberlakukannya pasar bebas ASEAN pada 2015.
"Kalau tidak ada fee Pertamina bisa bersaing dengan bandara Changi yang menjual avtur dengan harga lebih murah," pungkasnya.
Baca Juga
Hal ini dibenarkan Ketua Umum Indonesian National Air Carriers Association (INACA) Arif Wibowo. Dia menyebutkan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan harga avtur mahal yaitu mulai dari banyaknya titik distribusi yang tidak diimbangi jumlah kilang minyak.
"Kontruksi dipengaruhi kondisi geografis. Avtur kita tersebar 62 lokasi. Kilang minyak terbatas hanya sekitar 3," lanjutnya.
Tak hanya itu, yang menyebabkan biaya tinggi adalah pungutan yang dibebankan pada avtur melalui BPH Migas sebanyak 0,3 persen. Padahal pungutan tersebut dinilai tak perlu. (Pew/Ndw)
Advertisement