Sukses

Kini Ada House of Indonesia di China

Setidaknya saat ini ada empat tempat yang khusus untuk memajang dan menjual produk-produk asli Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kini produk kerajinan asal Indonesia tak sulit lagi untuk berpromosi di luar negeri, terutama di China. Pasalnya di negara tirai bambu tersebut kini telah ada tempat khusus bagi pemasaran produk nasional.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan setidaknya saat ini ada empat tempat yang khusus untuk memajang dan menjual produk-produk asli Indonesia.

Pertama yaitu House of Indonesia yang berada di Shanghai. Toko yang dimiliki pengusaha Indonesia ini berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan.

Yang kedua juga bernama House of Indonesia yang berada di Naning. Berbeda dengan di Shanghai, toko produk Indonesia di Nanning ini dimiliki pengusaha China.

"Dan kalau di Nanning ini betul-betul satu rumah. Jadi satu komplek yang dibangun khusus dan dipakai memamerkan produk Indonesia yang di dalamnya ada produk furnitur, tekstil dan produk lain," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa (23/9/2014).

Kemudian ketiga ada di kota Tianjin yang kepemilikannya merupakan hasil patungan antara pengusaha Indonesia khususnya dari Jawa Timur dengan pengusaha China. Toko di Tianjin ini bernama East Java.

"Ini didirikan oleh orang-orang Jawa Timur, tetapi bisa juga dipakai untuk produk lain selain dari Jawa Timur," lanjut dia.

Dan terakhir di wilayah Yiwu yang kepemilikan patungan antara pengusaha Indonesia dan pengusaha China dengan nama Toko Made in Indonesia.

Selain di empat tempat tersebut, ke depan rencananya juga akan dibangun House of Indonesia di Kota Beijing dan Chong Chin. Dengan penambahan ini nantinya diharapkan produk Indonesia bisa semakin dikenal ke seluruh wilayah China.

"Ini bagian dari usaha kita untuk mempromosikan produk dan nanti bukan hanya untuk furnitur, tetapi juga untuk tekstil khususnya batik, produk fashion dan produk-produk industri seperti alas kaki, elektronik, makanan olahan dan lain-lain," jelas Bayu.

Dengan semakin dikenalnya produk Indonesia di China, maka diharapkan juga akan mengenjot ekspor produk furnitur Indonesia yang selama ini masih sangat kecil.

"Untuk furnitur, tahun lalu kita mengekspor sekitar US$ 1,8 miliar keseluruh dunia. Tahun ini diperkirakan mencapai US$ 2 miliar. Tetapi dari US$ 1,8 miliar, yang ke China hanya US$ 25 juta. Ini agak terlalu kecil dilihat dari potensi dan besarnya pasar di China. Jadi adanya House of Indonesia bisa mendorong itu," tegas dia.

Selain di China, model promosi dan penjualan produk asli Indonesia juga digunakan di negara lain seperti di Afrika Selatan di mana di sana juga telah adanya House of Indonesia.

"Kita upayakan semakin banyak House of Indonesia di berbagai negara. Namanya bisa macam-macam, ada juga yang usul Warung Indonesia. Tetapi intinya ada tempat kita bisa membuat permanen display dari produk-produk kita dan ini diprioritaskan untuk pengusaha UKM (usaha kecil dan menengah)," tandas dia. (Dny/Nrm)