Liputan6.com, Jakarta - Keputusan sidang paripurna DPR yang menghapus pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung disambut negatif oleh para pelaku pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 68,816 poin (-1,32 persen) ke level 5.132,563 pada Jumat 26 September 2014.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Franky Sibarani mengatakan, terpuruknya IHSG pada perdagangan Jumat 26 September 2014 tak akan berlangsung lama.
"Menurunnya indeks saham kemarin itu sekitar 1,32 persen hanya merupakan respon sesaat. Hanya bersifat sementara," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, yang ditulis Minggu (28/9/2014).
Advertisement
Pergerakan tersebut dikatakan sebagai salah satu faktor psikologis bagi para pelaku investasi dan pengusaha.
Dia mengatakan, Pilkada langsung oleh rakyat sebenarnya terbilang telah berhasil mencetak pimpinan daerah yang baik. Menurut dia, pimpinan yang baik haruslah dekat dengan masyarakat dan senantiasa berusaha memperhatikan kebutuhannya.
"Sejauh ini kan sudah banyak sosok yang dekat dengan rakyat seperti Ridwan Kamil, Ahok, Nurdin Abdullah. Sulit untuk saat ini mendapatkan sosok pimpinan yang baik," kata Franky.
Meski begitu, Franky mengatakan, kedua mekanisme Pilkada oleh rakyat maupun DPR tentu memiliki plus dan minus masing-masing.Â
Sementara itu, Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan, sentimen negatif berasal dari regional dan global juga menambah tekanan ke indeks saham. Dengan sentimen negatif dari domestik terkait UU Pilkada dan global membuat investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 1,4 triliun pada penutupan perdagangan saham Jumat 26 September 2014.
"Investor asing cenderung melihat UU Pilkada ini sebagai kemunduran proses demokrasi dan terjadi kekalahan proses lobi partai PDIP di parlemen," kata Hans.
Meski demikian, Hans menilai, koreksi indeks saham masih wajar. Hal itu juga berlaku untuk tekanan jual investor asing mengingat berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) secara year to date, dana investor asing yang masuk ke pasar modal mencapai Rp 49,91 triliun.
IHSG telah naik 20,08 persen secara year to date dengan ditutup ke level 5.132,56. Kenaikan IHSG ditopang dari kenaikan sektor saham properti dan konstruksi sebesar 34,33 persen, sektor saham keuangan mendaki 27,83 persen, dan sektor saham infrastruktur naik 26,92 persen.
Prediksi IHSG pada Oktober 2014
Prediksi IHSG pada Oktober 2014
Hans mengkhawatirkan, sentimen UU Pilkada tersebut masih akan menekan pasar keuangan pada pekan depan. Hal itu karena ada kekhawatiran pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan dijegal di parlemen ke depannya. "Selain risiko kemungkinan kepala daerah dikuasai oleh Koalisi Merah Putih sehingga pemerintah tidak efektif ke depannya," ujar Hans.
"Pasar minggu depan cenderung konsolidasi. Tertekan dan banyak dipengaruhi sentimen luar negeri," ujar Hans.
Hans mengatakan, masih ada sentimen positif untuk pergerakan IHSG pada Oktober 2014. Pertama, pengumuman kabinet di akhir Oktober 2014 dan rilis laporan keuangan perusahaan pada kuartal III 2014.
"Tetapi sesudah itu saya khawatir IHSG koreksi pada jangka menengah," ujar Hans.
Sedangkan pengamat pasar modal, Reza Priyambada memprediksikan, tekanan terhadap IHSG akan berkurang pada Oktober 2014. Hal itu mengingat posisi IHSG yang sudah oversold, dan biasanya mengalami kenaikan pada Oktober 2014.
"Akan tetapi tekanan itu berkurang bila pelantikan presiden dan pemilihan kabinetnya tidak direspons negatif," kata Reza. (Sis/Ahm)
Advertisement