Sukses

Harga Premium Jadi Rp 8.000, Subsidi BBM Masih Besar

Kepala BBPT, Unggul Priyanto mengungkapkan, meski harga BBM bersubsidi naik sehingga subsidi BBM jadi Rp 168 triliun masih terlalu besar.

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya tim transisi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah melakukan pengkajian terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)/BBM bersubsidi.

Kepala BPPT, Unggul Priyanto mengatakan, subsidi BBM Indonesia sudah mencapai Rp 240 triliun. Jika harga BBM bersubsidi untuk premium naik menjadi Rp 8 ribu dan solar Rp 7 ribu, subsidi BBM menjadi Rp 168 triliun. Angka subsidi itu masih besar untuk subsidi BBM.

"Premium naik jadi Rp 8.000, dan solar jadi Rp 7.000 sehingga subsidinya besar Rp 168 triliun," kata Unggul, dalam acara peluncuran buku Outlook Energi Indonesia 2014, di Kantor BPPT, Jakarta, Selasa (29/9/2014).

Unggul menambahkan, jika harga BBM bersubsidi dinaikkan lagi pada 2016 menjadi Rp 9.000 maka penghematannya Rp 133 triliun. Lalu jika dinaikkan Rp 9.500 maka subsidi BBM sebesar Rp 118 triliun.

Unggul mengungkapkan, impor minyak mentah Indonesia mencapai 200 juta barel pada 2020, sedangkan impor BBM mencapai 250 juta barel  sehingga total 450 juta barel.

"Itu antisipasi kedepan karena itu deman suplay energi dijaga harus jadi prioritas pemerintah, selain pangan dan maritim energi haru jadi prioritas," tutur Unggul.

Anggota tim transisi  Jokowi JK, Luhut Panjaitan mengungkapkan, kenaikan harga BBM sudah diputuskan akan dilakukan November sebesar Rp 3 ribu per liter.

Luhut mengungkapkan, kenaikan harga BBM bersubsidi sudah dirumuskan tiga bulan yang lalu, namun baru diputuskan Jumat 26 September 2014.

"Proses kenaikan BBM, betul sudah dilakukan tiga bulan yang lalu. Tapi baru kemarin diputuskan," ujar Luhut.

Luhut mengungkapkan, dalam kajian yang dilakukan bersama timnya, kenaikan harga BBM bersubsidi akan dilakukan November, sebesar Rp 3 ribu per liter.

"Kemarin pak JK menanyakan Kajiannya sudah berapa ya 3000 , kapan november, beliau bilang kenapa tidak kenaikan sekalian, jangan lah nanti inflasinya tinggi," kata Luhut. (Pew/Ahm)