Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menuturkan defisit neraca perdagangan pada bulan Agustus dipicu meningkatnya nilai impor yang didominasi bahan baku, bahan modal maupun barang konsumsi.
"Impor bahan baku, barang modal dan konsumsi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,2 persen, 17,2 persen dan 38,6 persen di bulan Agustus 2014," kata dia, Jakarta, Kamis (2/10/2014).
Meski begitu, peningkatan nilai angka impor tersebut tak lantas disikapi negatif oleh Lutfi. Kenaikan angka impor bahan baku dan barang modal menunjukan bahwa iklim investasi berjalan dengan baik.
"Kita melihat juga tingginya impor barang modal dan barang penolong menunjukkan bahwa investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menjamin pengusaha-pengusaha tersebut. Saya melihat ini mungkin siklus 7 tahunan yang harus kita hadapi tapi sentimen positif dan investasi di dalam negeri dari hasil Agustus itu sangat baik," tutur dia.
Lebih lanjut, Dia pun mengaku, dengan peningkatan tersebut tak khawatir akan mengganggu keseimbangan perdagangan atau trade balance.
Pasalnya, hal tersebut akan tertutupi dengan meningkatnya produktivitas sektor tambang usai penerapan UU Minerba.
"Sebenarnya ini bagaimana Indonesia pergi ke hulu apalagi dengan diterapkannya UU Minerba. Dalam dua tahun ke depan akan tumbuh smelter-smelter nikel, bauksit untuk alumina dengan struktur ekspor yang mulai berbeda dan bernilai tambah. Jadi ini yang akan menopang industri-industri di Indonesia," tandas dia.
Berdasarkan keterangan yang diterbitkan Kementerian Perdagangan, ekspor sektor pertambangan naik sebesar 9,4 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM) menjadi US$ 1,9 miliar. (Amd/Nrm)