Liputan6.com, New York - Krisis energi menjadi topik yang panas mendekati pemilihan umum (pemilu) di negara Brasil yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Bukan tanpa alasan kenapa tema tersebut menjadi topik utama. Pasalnya, ketergantungan negara yang menjadi tuan rumah piala dunia 2014 terhadap bahan bakar fosil begitu besar. Hal tersebut meskipun Brasil telah memiliki bahan bakar dari hasil penyulingan tebu.
Tak sebatas itu, krisis energi menjadi jadi bahasan utama dikarenakan baru-baru ini terkuak skandal korupsi yang diduga melibatkan Presiden Dilma Roussef yang juga mencalonkan kembali menjadi presiden Brasil mendatang.
Dikutip dari laman Bloomberg (5/10/2014), pada bulan lalu Kepolisian Federal Brasil mendengarkan kesaksian kunci terkait kasus korupsi yang merusak nama perusahaan terbesar di Brasil Petrobras. Saksi kunci, Direktur Kilang Petrobras yang ditangkap Maret mengaku mengambil bagian pencucian uang dan kelebihan dari minyak Brasil.
Lebih detil, dia mengatakan telah mengambil bagian dari suap sebanyak US$ 636 ribu atas pembelian kilang minyak di Texas. Kemudian menciptakan kesepakatan harga yang buruk sebesar US$ 1,25 miliar.
"Diduga menggunakan minyak Brasil, untuk alihkan ratusan juta dollar kepada sekutu politik Presiden Dima Rousseff," tulis laporan tersebut.
Dalam kesaksiannya dia juga menjelaskan bagaimana Brasil menandatangani kesepakatan multinasional dan menjadikan mereka sebagai ATM dalam mendanai kampanye politik.
Kasus ini menjadi kabar terburuk bagi Petrobras. Kini perusahaan tersebut menjadi perusahaan minyak paling berhutang, nilai pasarnya turun 58 persen sejak 2010. (Amd/Ahm)
Kasus Petrobras Hadang Dilma Rousseff Jadi Presiden Brazil Lagi
Krisis energi menjadi topik yang panas mendekati pemilihan umum (pemilu) di negara Brasil yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Advertisement