Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) seolah menjadi jurus ampuh untuk kembali menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sudah terpuruk sejak tahun lalu. Benarkah langkah ini akan mendorong apresiasi rupiah atau justru semakin menenggelamkan kurs rupiah?
Pengamat Valas Farial Anwar membantah anggapan banyak kalangan yang mengatakan kenaikan harga BBM subsidi mampu mengangkat rupiah ke level lebih baik. Menurut Farial, penyesuaian harga BBM dapat berdampak negatif nilai tukar rupiah.
"Saya nggak percaya kenaikan harga BBM akan menguatkan rupiah. Buktinya usai penyesuian harga BBM tahun lalu, rupiah malah melorot dari Rp 9.600 dan sekarang menembus Rp 12.100 per dolar AS," ucap dia kepada Liputan6.com, seperti ditulis Minggu (5/10/2014).
Lebih jauh dijelaskan Farial, imbas kenaikan harga BBM subsidi akan melambungkan inflasi akibat lonjakan harga barang dan jasa. Penyebab inflasi karena ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan. Kondisi ini kerap terjadi saat momen puasa dan Lebaran sehingga mengakibatkan tren inflasi cukup tinggi.
"Tapi beda, kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik akan mengerek kenaikan harga barang dan jasa luar biasa besar karena membebani transportasi dan industri," paparnya.
Akibat kenaikan harga BBM subsidi di Juni 2013, lanjut dia, inflasi menyentuh level 8,5 persen. Pada akhirnya Bank Indonesia (BI) terpaksa menyesuaikan suku bunga acuan (BI Rate) dari 5,75 persen menjadi 7,5 persen. "Kurs rupiah jeblok karena orang nggak mau pegang uang yang dilanda inflasi," keluh Farial.
Sambungnya, postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bergerak kacau balau karena pelemahan rupiah mencapai Rp 3.000 sejak 2013 sampai sekarang. Imbasnya anggaran subsidi energi membengkak. "Kinerja rupiah menjadi yang paling buruk, nggak bisa dikendalikan," ujarnya. Â
Â
Sebelumnya, Anggota Tim Transisi Jokowi-JK Luhut Panjaitan mengatakan, harga BBM bersubsidi naik akan memberi ruang fiskal pemerintah baru untuk membangun infrastruktur.
"Subsidi (saat ini) di APBN hampir 25 persen, untuk infrastrktur cuma 16 persen, jadi banyak uang yang dibakar. Jadi uang BBM harus dialihkan ke infrastruktur," kata Luhut.
Luhut menambahkan, dengan adanya pengalihan subsidi ke anggaran infrastruktur tersebut dan perbaikan penerimaan dari sektor pajak berdampak pada perbaikan neraca transaksi berjalan, sehingga akan menguatkan rupiah terhadap dolar AS.
"Nanti defisit transaksi berjalan kita bisa bagus. Kalau harga BBM dinaikkan, saya yakin rupiah bisa menguat, pajak diperbaiki, rupiah bisa di kisaran Rp 10 ribu atau di bawah Rp 11 ribu," ungkapnya.
Harga BBM Bersubsidi Naik, Rupiah Menguat?
Pengamat valas, Farial Anwar menilai harga BBM bersubsidi naik tidak membantu penguatan rupiah.
Advertisement