Sukses

RI Butuh US$ 8 Miliar Bangun infrastruktur LNG

Pembangunan pengembangan infrastruktur LNG Receiving Terminal diperkirakan membutuhkan investasi US$ 8 miliar dalam lima tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengungkapkan pengembangan infrastruktur LNG Receiving Terminal dibutuhkan oleh setiap daerah. Pasalnya, saat ini gas menjadi sumber energi yang penting seperti untuk kebutuhan industri.

"Penting sekali untuk infrastruktur migas yang saat ini masih minim. Kadin mendorong ini agar tiap provinsi memiliki Receiving Terminal. Penting untuk mempercepat perekonomian daerah," Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah Tertinggal, Natsir Mansyur, Jakarta, Senin (13/10/2014).

Dia menerangkan, pembangunan LNG Receiving Terminal memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Dia mencontohkan, Aceh, Riau, Sumatera Barat butuh Small Scale LNG Receiving Terminal. Sedangkan Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah butuh Large Scale LNG Receiving Terminal.

Untuk kapasitasnya, Small Scale LNG Receiving Terminal membutuhkan 7.500-35.000 cubic meter dan 20.000-50.000 cubic meters. Lalu untuk Large Scale LNG Receiving Terminal membutuhkan 70.000-265.000 cubic meters dan lebih dari 160.000 cubic meters.

"Perkiraan investasi US$ 8 miliar (sekitar Rp 97,6 triliun dengan asumsi kurs Rp 12.200 per dolar Amerika Serikat (AS) untuk pembangunan selama 5 tahun," kata dia.

Dia menjelaskan, infrastruktur LNG Receiving Terminal tersebut harus terus didorong. Hal itu mengingat kebutuhan LNG dalam negeri juga semakin meningkat. Pada tahun ini saja  diperkirakan mencapai 10 juta metric ton atau separuh dari LNG ekspor.

"Selama ini infrastruktur migas masih minim perlu diciptakan penunjang pertumbuhan ekonomi yang lebih merata melalui investasi swasta nasional di daerah," tutup dia. (Amd/Ahm)