Sukses

Kenaikan Harga BBM di November Disebut Tak Tepat

BBM merupakan salah satu masalah besar yang akan dihadapi oleh pemerintahan Jokowi.

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga BBM bersubsidi masih menjadi permasalahan yang ditunggu oleh masyarakat dan kalangan pengusaha. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ditantang untuk berani menaikan harga BBM demi mengurangi beban keuangan negera.

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan, BBM merupakan salah satu masalah besar yang akan dihadapi oleh pemerintahan Jokowi. Namun kenaikan harga BBM subsidi ini bukan menjadi satu-satu solusi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan.

"Akumulasi defisit transaksi berjalan kita disebabkan oleh 2 hal besar, salah satunya persoalan migas yang kalau dibereskan pun belum tentu akan selesai. Persoalan defisit transaksi berjalan solusinya tidak hanya dari itu, karena dia hanya salah satu sumber persoalan. BBM ini kita tidak ada ruang untuk menghindari," ujarnya dalam diskusi Bedah Tuntas Solusi Defisit Transaksi Berjalan di Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Kamis (16/10/2014).

Dia bahkan menilai saat ini bukan menjadi momen yang tepat untuk menaikkan harga BBM. Alasanya karena saat ini ekonomi sedang bergerak turun dan banyak tekanan global.

"Mencari harus mencari titik optimum melakukan kenaikan harga  BBM. Tapi jangan terlalu besar karena akan memukul balik dia," lanjutnya.

Oleh sebab itu, pemerintahan Jokowi harus mencari moment yang tepat untuk menaikkan harga BBM ini. Pemilihan waktu yang cocok dapat mencontoh menaikkan harga BBM pada masa orde baru.

"Saat orde baru, itu naiknya pada april waktu panen raya saat harga-harga bagus jadi kenaikan tidak besar dampaknya. Atau saat Oktober waktu panen berikutnya. Masalah BBM ini tidak hanya sekedar naik atau turun, harus ada rancangan yang cerdas," tandasnya. (Dny/Ndw)