Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini, rencana investasi perusahaan elektronik asal Taiwan, Foxconn, belum juga teralisasi. Padahal rencana tersebut sudah bergulir sejak 2 tahun lalu. Bahkan hingga tersiar kabar bahwa Foxconn baru akan masuk setelah Joko Widodo (Jokowi) resmi dilantik menjadi presiden.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan bahwa dirinya yakin bahwa ada hal lain selain faktor Jokowi, yang membuat Foxconn belum merealisasikan pembangunan pabriknya di Indonesia.
"Saya percaya dia mau investasi kan karena cari keuntungan bukan karena presiden, bukan karena Jokowi. Tapi dunia memang melihat Jokowi sebagai sosok yang luar biasa. Tapi tetap saja harus ada perbaikan yang fundamental dan struskutral," ujarnya di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2014).
Dia mengungkapkan, setiap investor yang akan masuk ke Indonesia, termasuk Foxconn pada ujungnya akan tetap mempertimbangkan hal-hal teknis seperti pemberian insentif, ketersediaan lahan dan tenaga kerja.
Meski demikian, dengan resminya Jokowi menjadi presiden nantinya akan membantu mendorong Foxconn untuk segera merealisasikan investasinya.
"Foxconn memang banyak terkendala, ada yang menyampaikan seperti itu. Saya juga melihat aspek yang mungkin ada, seperti keinginan untuk menunggu pemerintahan baru. Tapi itu betul atau tidak, tetap saja dia akan membicarakan hal teknis seperti lahan," tandasnya.
Seperti diketahui, rencana Foxconn untuk berinvestasi di Indonesia sudah dimulai sejak 2012. Kala itu, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menyatakan bahwa Foxconn sudah siap untuk membangun pabrik senilai Rp US$ 5 miliar yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada pertengahan 2013.
Beberapa waktu lalu, Hidayat juga menyatakan bahwa pihaknya sudah hampir putus asa untuk merayu Foxconn agar segera merealisasikan pembangunan pabriknya.
Segala sudah dilakukan, termasuk tawaran untuk bermitra dengan BUMN. Namun Foxconn tetap ngotot meminta lahan gratis yang tidak bisa dipenuhi pemerintah.
"Komentar saya mengenai Foxconn, saya sudah tidak tahu lagi apa yang mereka butuhkan karena semua diinginkan sudah kita siapkan. Hanya saja mereka ingin lahan gratis, kita nyatakan ngga bisa. Itu saja yang nggak bisa kita penuhi. Lalu kita tawarkan kerjasama dengan perusahaan swasta atau BUMN yang punya tanah dan mereka setor segai equity atau saham. Itu juga nggak terjawab. Terus kita dari Kemenperin memutuskan untuk konsen sama yang sudah pasti saja seperti Samsung. Dia (Samsung) sudah masuk," jelas Hidayat. (Dny/Nrm)
Advertisement