Liputan6.com, Chicago - Setelah harga emas sempat naik, pekan ini para partisipan menilai nilai jual logam mulia tersebut akan menurun. Proyeksi penurunan harga emas itu lantaran pandangan para pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Amerika Serikat telah berubah.
Mengutip laman Forbes, Senin (20/10/2014), sebanyak 10 partisipan menilai harga emas akan melemah sementara delapan lainnya memprediksi adanya penguatan. Sementara lima lainnya melihat perdagangan nilai emas akan bergerak stagnan.
Pekan lalu, para partisipan memprediksi harga emas akan naik. Benar saja, pada akhir pekan lalu, harga emas naik sekitar US$ 13 per ounce.
Para partisipan yang melihat kenaikan harga emas pekan datang mengatakan, pandangan para pelaku pasar terhadap proyeksi kenaikan suku bunga AS.
"Penurunan terparah untuk ekuitas dan obligasi pekan lalu dan berlajutnya penundaan potensi kenaikan suku bunga AS telah mengubah sentimen di pasar emas dari melemah menjadi netral," papar Head of Commodity Strategy di Saxo Bank, Ole Hansen.
Terdapat beberapa isu yang juga harus menjadi pantauan para pelaku pasar seperti referendum Swiss untuk pasar emas.
Sementara para partisipan yang melihat pelemahan harga emas mengatakan, harga emas tak akan naik melampaui US$ 1.250 per ounce.
"Setelah beberapa hari menguat, emas akan berbalik dan kembali melemah pekan ini. Itu merupakan akibat dari meredanya risiko geopolitik dan meningkatnya isu virus Ebola," ungkap pakar strategi pasar senior Phillip Streible.
Harga emas diprediksi tak akan naik dari level US$ 1.200 per ounce. (Sis/Ahm)
Harga Emas Kian Terpuruk Pekan Ini
Harga emas diproyeksikan masih mengalami tekanan seiring meredanya risiko geopolitik dan meningkatnya isu virus Ebola.
Advertisement