Sukses

Jokowi Naikkan Harga BBM, Penyelundupan Berkurang

Pemerintah baru berencana menaikan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 per liter, hal tersebut disinyalir dapat menekan penyalahgunaan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter. Langkah ini disinyalir dapat menekan penyalahgunaan BBM bersubsidi.

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi semakin dekat dengan harga sesungguhnya sekitar Rp 11.500 per liter, maka akan membuat penyelundup merasa malas karena kecilnya keuntungan.

"Kalau dinaikkan harganya otomatis penyelundupan berkurang. Karena kalau bedanya hanya Rp 2.000 dengan harga keekonomian. Risikonya tidak sebanding dengan keuntungannya. Penyelundup akan mikir dua tiga kali," kata Susilo di Jakarta, Selasa (21/10/2014).

Selain itu lanjut Susilo, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi maka akan menghemat anggaran negara sehingga dana tersebut bisa dialihkan ke sektor lain seperti pembangunan infrastruktur.  Dia memperhitungkan kenaikan harga BBM Rp 3.000 per liter bisa menghemat Rp 150 triliun.

"Bayangin saja dengan kuota BBM subsidi 46 juta kl kalau dinaikkan Rp 2.000 saja itu bisa dihemat kira-kira Rp 92 triliun. Kalau Rp 3.000 hemat sekitar Rp 150 triliun," paparnya.

Namun Susilo enggan berkomentar tentang dampak kenaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah baru. Menurutnya, dampak kenaikan tersebut sama saja seperti kenaikan harga yang dilakukan sebelumnya.

"Tidak usah kalau-kalau, apakah mau dinaikan Rp 2.000 atau Rp 3.000 per liter, terserahlah. Tentunya pemerintah nanti  mekanisme tindakan-tindakan untuk mengurangi dampaknya itu," pungkasnya. (Pew/Ndw)

Video Terkini