Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Gula Refinasi Gula (Agri) membantah menjadi biang kerok membanjirnya raw sugar atau gula rafinasi di pasar. Wakil Ketua Agri Bidang Kebijakan Regulasi dan Hukum Albert Y. Tobogus mengatakan kuota gula rafinasi yang diberikan kepada Agri tahun ini sebesar 2,8 juta ton menurun dibanding kuota 2013 sebesar 3,019 ton.
"Terjadi penurunan 7,25 persen. Kemudian kita disebut biang kerok," kata Albert di Sekretariat Agri, Jakarta, Rabu (22/10/2014).
Albert menambahkan, kuota raw sugar tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan bahan baku industri makan dan minuman sekala besar dan menengah. Pertumbuhan industri tersebut saat ini untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor sebesar 5 persen membutuhkan 3,2 juta ton gula rafinasi.
"Pada 2013 saja kebutuhan gula rafinasi mencapai mencapai 2,7 juta ton atau setara dengan 2,9 juta ton. Belum termasuk untuk pemenuhan kebutuhan industri kecil dan Industri rumah tangga," ungkapnya.
Menurutnya, keadaan di atas telah mengakibatkan penyalahan kontrak dengan industri makanan minuman dan pembatalan pasokan bahan baku dari supplier Internasional.
"Kami batalkan kontrak ke pemasok luar negeri. Kami juga batalkan kontrak perkapalan, mereka semua bukan hal yang gampang. Kami pesan gula masuk Oktober paling sedikit tiga bulan harus kontrak kalau tidak susah, tentu ada pasal kena pinalti," pungkasnya. (Pew/Ndw)
Pengusaha Bantah Jadi Biang Kerok Membanjirnya Gula Rafinasi
Asosiasi Gula Refinasi Gula (Agri) membantah menjadi biang kerok membanjirnya gula rafinasi di pasar. Ini penjelasannya!
Advertisement