Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga BBM bersubsidi yang rencananya dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mempengaruhi biaya produksi bagi industri lokal, termasuk industri roti.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (APEBI) Chris Hardijaya mengatakan kenaikan BBM ini akan menambah beban industri karena sebelumnya pemerintah sudah menaikan tarif listrik dan harga elpiji 12 kilogram (kg) yang banyak digunakan oleh industri roti skala kecil dan menengah.
"Dari kenaikan listrik dan elpiji saja biaya produksinya sudah naik 4 persen. Ini ujungnya akan berimbas ke harga jual. Listrik dan elpiji naik saja harga barang-barang ikut naik. Akhirnya industri kelas menengah ke bawah ikut menyesuikan," ujarnya di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2014).
Dia menjelaskan, jika pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter maka akan menaikan biaya produksi sebesar 7 persen. Dengan demikian, harga jual produk juga diperkirakan juga akan mengalami kenaikan sekitar 10 persen-15 persen.
"Sebenarnya yang dipersoalkan bukan kenaikan BBM-nya tetapi dampak turunannya. Nanti semua bahan baku ikut naik. Imbasnya, banyak pengusaha yang ingin menaikkan harga jadi menunggu momen (kenaikan BBM) jadi naiknya bisa dobel," lanjutnya.
Meski demikian, jika pemerintah jadi menaiklan harga BBM pada November 2014, maka diharapkan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan omzet industri bakery secara keseluruhan.
"Tapi isu kenaikan BBM ini diharapkan tidak mempengaruhi pertumbuhan tahun depan, karena biasanya shock-nya itu hanya 1-2 bulan saja," tandasnya. (Dny/Ndw)
Kenaikan BBM Bikin Harga Roti Melonjak 15%
Kenaikan harga BBM subsidi yang rencananya dilakukan pemerintahan Jokowi akan mempengaruhi biaya produksi roti.
Advertisement